Jumat, 25 November 2011

Alat Pembersih Pun Perlu Dibersihkan

gambar : google
Kita semua pasti pernah membersihkan rumah, kamar, atau ruang dengan berbagai macam alat pembersih. Semua bagian dari rumah atau kantor kita perlu dibersihkan secara rutin, karena kotoran selalu saja datang. 

Bahkan ruang ber-AC yang dibuat sedemikian tertutup, tanpa ventilasi, ternyata tetap kotor terkena debu. Entah darimana munculnya debu.
Ada kotoran yang kita buat dengan sengaja, seperti karena aktivitas kerja, atau aktivitas dapur yang menghasilkan sampah. 

Ada kotoran yang didatangkan oleh binatang, seperti tikus atau kecoa yang suka tinggal di rumah kita. Ada pula kotoran yang tidak kita ketahui datangnya darimana, seperti debu. Semua kotoran itu akan menumpuk jika tidak rutin dibersihkan. Kotoran apapun, selalu tidak sedap dipandang dan tidak elok dilihat. Untuk itulah harus kita bersihkan setiap saat.

Kita memerlukan sejumlah peralatan untuk membersihkan rumah dan semua ruangannya. Maka kita membeli sapu, kemoceng, alat pengepel lantai, alat pengelap kaca jendela, vacuum cleaner, spons, kain lap, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan peralatan yang lazim digunakan untuk membersihkan berbagai bagian dari rumah kita, sejak ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi dan lain sebagainya.
Tapi coba perhatikan, semua alat-alat pembersih itupun akan kotor kalau tidak dibersihkan. Mereka bekerja membersihkan bagian ruang yang kotor, membersihkan porselin, lantai keramik, pintu, jendela, meja, kursi, peralatan makan dan lain-lain. Namun karena mereka juga benda material biasa, sebagaimana material yang sedang dibersihkan, maka mereka juga mengalami pengotoran diri. Sapu akan kotor, kemoceng akan kotor, kain lap akan kotor, semua alat-alat pembersih akan kotor.

Kendati mereka bernama alat pembersih, mereka juga perlu dibersihkan. Apabila tidak dirawat dan tidak dibersihkan, mereka akan kotor dan oleh karenanya tidak akan bisa digunakan untuk membersihkan ruangan atau membersihkan benda-benda lain. Mereka baru akan bisa berfungsi sebagai pembersih apabila kondisi dirinya juga bersih, bebas dari kotoran. Jika kondisi mereka penuh kotoran, maka saat digunakan untuk bersih-bersih ruangan, ternyata yang terjadi justru menyebarkan kotoran kemana-mana.

Kita harus merawat, menjaga, dan membersihkan alat-alat pembersih tersebut setiap saat, agar bisa digunakan untuk membersihkan rumah dan ruang kita. Jadi, alat pembersih pun perlu dibersihkan secara rutin.
Korupsi adalah kotoran dan najis yang wajib dibersihkan dari segenap ruang-ruang kerja kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu diperlukan seperangkat alat pembersih, agar Indonesia bebas korupsi. Di antara alat-alat pembersih ini adalah KPK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan lain sebagainya. Semua alat tersebut selama ini telah bekerja sistemik untuk melakukan pembersihan berbagai macam kekotoran yang ada di ruang-ruang kemasyarakatan dan kenegaraan. Tentu sejumlah prestasi dan karya nyata telah mereka miliki. Banyak ruang kotor kini mulai menjadi bersih.

Namun tentu saja sebagai alat pembersih, mereka pun bisa terkena kotoran. Apalagi karena pekerjaannya dekat dengan hal-hal yang kotor, untuk dibersihkan; semakin memperbesar peluang bagi mereka untuk mudah terciprat kotoran. Maka harus ada mekanisme penjagaan dan pembersihan yang rutin pada lembaga-lembaga tersebut, agar tetap bisa berfungsi secara optimal dalam melakukan pembersihan. Jika lembaga-lembaga tersebut penuh kotoran, maka tidak akan bisa efektif membersihkan berbagai macam kekotoran yang ada di DPR, Kementrian dan instansi pemerintah lainnya.

KPK bisa saja kotor, kepolisian bisa saja kotor, kejaksaan bisa saja kotor, kehakiman bisa saja kotor; itu karena mereka adalah lembaga yang biasa mengurus banyak hal kotor di tempat lain. Namun jika lembaga-lembaga tersebut kotor, tugas Pemerintah beserta masyarakat adalah berusaha menjaga dan membersihkannya. Bukan membuang atau membubarkan lembaganya. Mana yang kotor, segera dibersihkan. Jika ada bagian kotoran yang membandel, segera ambil bagian tersebut agar tidak memperluas pengaruh kekotorannya.

gambar : google
Jika kita melihat semua bagian rumah kita kotor, jangan berputus asa dengan membakar dan menghancurkannya. Melihat teras kotor, ruang tamu kotor, ruang keluarga kotor, dapur kotor, kamar tidur kotor, kamar mandi kotor, garasi kotor, gudang kotor, mushalla kotor, mobil kotor, sampai seluruh perabotan rumah tidak ada yang bersih. Setelah mengambil alat-alat pembersih, ternyata semuanya kotor. Sapu kotor, kemoceng kotor, kain lap kotor, spons kotor, alat pengepel kotor, vacuum cleaner kotor, semua alat-alat pembersih yang ada di rumah itu telah kotor.

Ya, jangan bakar rumah kita dengan dendam, kemarahan, serta keputusasaan. “Rumah kita tidak mungkin bisa dibersihkan, maka kita bakar saja sampai bersih”. Ternyata setelah dibakar, hasil pembakarannya pun berupa kekotoran. Arang, sampah, debu berserakan dimana-mana. Semua menjadi kotoran, dan tidak memiliki rumah lagi untuk tempat tinggal.

Ayolah kita bekerja bersih-bersih. Semua yang kotor harus kita bersihkan. Hanya alat yang bersih yang bisa digunakan untuk membersihkan kekotoran. Alat yang kotor justru akan menambah jumlah kotoran dan menyebabkan semakin menyebarnya kekotoran ke berbagai penjuru. Pekerjaan ini adalah hal yang rutin, harus terus menerus dilakukan. Seperti aktivitas mandi, gosok gigi, cuci tangan yang selalu kita lakukan setiap saat. Seperti aktivitas wudhu yang rutin kita lakukan setiap mau sholat.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Kamis, 10 November 2011

Naluri Kepahlawanan

Oleh: Anis Matta
Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya kita menyebut para pahlawan itu orang-orang besar.

Itu pula sebabnya mengapa kita dengan sukarela menyimpan dan memelihara rasa kagum kepada para pahlawan. Manusia berhutang budi kepada para pahlawan mereka. Dan kekaguman itu adalah sebagian dari cara mereka membalas utang budi.

Mungkin karena itu pula para pahlawan selalu muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk membawa beban yang tak dipikul oleh manusia-manusia di zamannya. Mereka bukan kiriman gratis dari langit. Tapi sejarah kepahlawanan mulai dicatat ketika naluri kepahlawanan mereka merespon tantangan-tantangan kehidupan yang berat. Ada tantangan dan ada jawaban. Dan hasil dari respon itu adalah lahirnya pekerjaan-pekerjaan besar.

Tantangan adalah stimulan kehidupan yang disediakan Allah untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri manusia. Orang-orang yang tidak mempunyai naluri ini akan melihat tantangan sebagai beban berat, maka mereka menghindarinya dan dengan sukarela menerima posisi kehidupan yang tidak terhormat. Tapi orang-orang yang mempunyai naluri kepahlawanan akan mengatakan kepada tantangan-tantangan kehidupan itu: Ini untukku! Atau seperti ungkapan orang-orang shadiq dalam perang Khandaq yang diceritakan Al-Qur'an: Ketika orang-orang beriman itu melihat musuh-musuh (yang saling bersekutu menghadapi orang-orang beriman), mereka mengatakan: Inilah yang (dulu) dijanjikan Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya telah jujur (dalam janjinya), dan itu tiada menambah mereka kecuali keimanan dan kepasrahan. (QS. AI-Ahzab: 22).

Naluri kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang dalam kepada kepahlawanan itu sendiri. Dan itu akan menggoda ‘sang pengagum pahlawan’ untuk melihat dirinya sembari bertanya: Apa engkau dapat melakukan hal yang sama? Apabila ia merasa memiliki kesiapan-kesiapan dasar, maka ia akan menemukan dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi segenap potensinya untuk tumbuh dan berkembang. Jadi, naluri kepahlawanan adalah kekuatan yang mendorong munculnya potensi-potensi tersembunyi dalam diri seseorang, kekuatan yang berada di balik pertumbuhan ajaib kepribadian seseorang.

Dalam serial jenius-jenius Islam, Abbas Mahmud Al-Aqqad menemukan kunci kepribadian Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam kata 'kekaguman kepada kepahlawanan'. Kunci kepribadian, kata Al-Aqqad, adalah perangkat lunak yang dapat menyingkap semua tabir kepribadian seseorang. Ia berfungsi seperti kunci yang dapat membuka pintu dan mengantar kita memasuki semua ruang dalam rumah itu. Dan kita hanya dapat memahami pekerjaan-pekerjaan besar yang telah diselesaikan Abu Bakar dalam kunci rahasia ini. Apakah Anda juga memiliki kunci rahasia itu? Saya tidak tahu.

Senin, 07 November 2011

Pemuda Parlente yang Dirindukan Surga

Pemuda Parlente yang Dirindukan Surga
Dalam perjalanan kehidupan gemilang Nabi Muhammad bin Abdullah, kita tidak bisa lepas dari sesosok manusia pilihan Allah yang satu ini. Seorang pemuda parlente yang cerdas, kaya dan juga necis. Ia merupakan dambaan bagi setiap pembesar Quraisy kala itu. Pada setiap pertemuan bangsawan Quraisy di Darun Nadwah, kehadirannya selalu dinanti. Dan ketika ia datang, maka dipersilahkannya duduk di sana untuk berbincang bersama. Para pembesar Quraisy berharap, pemuda ini kelak akan menjadi penerus mereka.

Pemuda yang satu ini merupakan keturunan orang berpunya. Rambutnya selalu tersisir rapi, pakaiannyapun berasal dari kain yang halus. Ditambah lagi dengan kecerdasan dan ketampanannya. Pemuda ini , nyaris menjadi idaman setiap perawan di jazirah arab kala itu.

Ketika petinggi Quraisy sibuk membicarakan perihal dakwah Rasulullah, ia dengan seksama mengikuti tiap detailnya. Hingga kemudian watak kepemudaannya muncul : Penasaran. Ya, ia kemudian penasaran untuk mengetahui lebih jauh tentang Muhammad Rasululah dan ajaran yang dibawanya. Allah membimbingnya menuju cahaya. Maka dengan ini, kesempurnaan fisiknya terimbangi dengan tersinari hatinya oleh cahaya Ilahi.
Atas izin dari Allah, ia mengetahui bahwa Nabi dan para sahabatnya biasa melakukan liqo’-pertemuan- di rumah Arqam bin Abil Arqam. Jauh dan terpencilnya rumah tersebut sama sekali tidak menyurutkan langkah sang pemuda untuk menuju ke sana. Hingga kemudian, tepatnya ketika fajar hendak menyapa, sampaialah ia di dalam majelis surga itu.

Disana , Rasulullah membacakan Al Qur’an dan menyampaikan risalah dakwah yang beliau emban. Diriwayatkan, sang pemuda yang haus akan kebenaran ini ‘hampir melayang’ lantaran sangat tenang ketika mendengar bacaan Al Qur’an dari Nabi yang menyejukkan jiwa. Maka, Nabipun mengulurkan tangannya sehingga tangan mereka saling bercengkerama dalam keromantisan imani.
Waktu terus berjalan, ia tetap mendatangi majlis Nabi itu dengan mengendap-endap. Bukan lantaran takut diketahui oleh keluarga dan pembesar Quraisy, melainkan lebih pada ‘strategi dakwah’ yang diinstruksikan oleh Nabi.

Tersebutlah dalam sebuah riwayat, seorang Quraisy bernama Usman bin Thalhah yang mendapati sang pemuda berkali-kali mendatangi rumah Arqam. Ia juga mendapati ketika sang pemuda melakukan ibadah (shalat) sebagaimana ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah. Maka, ia mengadu. Mengadu yang maknannya khawatir. Apa yang dilihatnya itu diadukan kepada Ibu sang pemuda dan pembesar-pembesar Quraisy.
Maka, dipangillah sang pemuda untuk menghadap di tengah-tengah pembesar Quraisy. Di sana ada ibunda tercintanya, Khunas binti Malik. Di sana, ia diadili.

Pantang mundur sebelum babak belur. Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali. Mungkin, kalimat itu yang tepat untuk melukiskan sikap sang Pemudah Parlente itu. Ia mengakui semua tuduhan tersebut, bahwa ia mendatangi rumah Arqam, mengikuti majlis Nabi dan melakukan sholat sebagai konsekuensi dari apa yang diikutinya.

Ibu kandung yang seharusnya melindunginya, justru berbalik menyerangnya lantaran malu kepada pembesar Quraisy lainnya, ia langsung naik pitam mendengar pengakuan tulus anak tercintanya. Ketika sang anak menyampaikan ajaran yang diikutinya, Bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah Selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan Allah, serta merta sang ibu menghampiri anaknya dan hendak menampar habis-habisan wajah tampan anaknya. Dengan ke-Maha Kasih Sayangan Allah, sang Ibu mengurungkan niatnya. Wajah teduh sang anak sunguh melunakkan hati sang ibu, sedurhaka apapaun dia kepada anaknya. Sebagai konsekuensi dari keimanannya, sang ibu memberi ‘hadiah’ kepada anak kesayangannya itu : dikurung tanpa diberi makan. Hadiah yang sungguh ‘biadab.’

Hijrah ke Habasyah
Pengurungan yang dialami oleh Pemuda itu berlanjut hingga diberlakukannya perintah Rasulullah untuk hijrah ke Habasyah yang pertama, sekitar tahun kelima setelah kenabian, tepatnya pada bulan Rajab. Rombongan hijrah ini terdiri dari dua belas kaum lelaki dan empat kaum wanita.

Setelah mendengar kabar perintah Nabi tersebut, ia mencari cara untuk mengelabui ibu dan penjaga selnya sehingga bisa keluar. Dengan kecerdasannya, tipu muslihatnya berhasil. Ia keluar dari tahanan ibunya dan kemudian bergabung bersama kafilah dakwah menuju Habsyi. Disana, pemuda ini tinggal bersama kaum muhajirin lainnya. Mereka hidup secara aman, tanpa tekanan sebagaimana dialami mereka ketika berada di Makkah.. Hingga kemudian pulang menuju mekkah, sesuai titah Rasulullah.

Pertemuan Terakhir dengan Ibunda
Kisah ini merupakan sebuah sekuel sejarah peradaban tentang watak keras seorang anak dan ibu. Dimana keduanya bagai langit dan bumi. Tidak bisa disatukan dan cenderung saling menguatkan pendapatnya masing-masing.

Sepulangnya dari Habasyah, sang pemuda tetap tidak bergeming dengan kudeta dari ibu tercintanya. Dengan tidak mengurangi rasa hormatnya, ia terus berbakti. Berdakwah, menasehati dan juga mendoakan agar ibunya bergabung dalam kafilah dakwah Nabi. Namun, lagi-lagi kita disadarkan oleh Allah. Bahwa hidayah mutlak milikNya. Kita tidak akan bisa membagikannya secara gratis kepada siappaun yang kita ingini. Meskipun, yang kita ingin beri hidayah adalah ibu. Orang yang paling berharga kehadirannya, bagi siapapun.

Tibalah masa perpisahan itu. Sang anak terperanjat ketika ibunya melontarkan sebuah kalimat usiran. Kalimat yang maknanya ‘perceraaian’ antara anak dan ibu kandungnya. Kata sang ibu geram, “ Pergilah sesuka hatimu! Sesungguhnya aku bukanlah Ibumu lagi!” dengan tidak mengurangi rasa hormat sedikitpun sebagai anak, sang pemuda menjawab dengan santun, tegas dan berwibawa, “ Wahai Ibunda! Nanda telah menaruh kasihan kepada Bunda dan sudah menasehati Bunda. Karena itu, saksikanlah bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Sebuah jawaban telak yang maknanya, ‘ Lho Jual, Gua Beli.’ Dengan geram, sang ibu menjawab, “Demi Bintang! Sekali-kali aku tidak akan masuk ke dalam agamamu. Otakku bisa jadi rusak dan buah pikiranku tidak lagi diindahakn oleh orang lain.”

Dan perpisahan itu adalah niscaya. Sebagaimana perpisahan Nuh dengan Istri dan Anaknya, antara Luth dengan Istrinya, Aisyah dengan Fir’aun juga perpisahan antara Muhammad dengan Abu Thalib. Karena keimanan tidaklah mungkin bersatu dengan kekafiran. Kebenaran, selamanya akan berbalikan badan dengan keburukan. Cahaya, selamanya akan menajdi lawan kegelapan. Maka pemuda itu, resmi ‘bercerai’ dengan ibu kandung yang sangat diingininya mendapat hidayah. Semoga kita terlindung dari hal demikian.

Syahidnya Sang Pemuda
Waktu terus berjalan. Sang pemuda dengan setia mendampingi Nabi, hingga beliau termasuk dalam kafilah dakwah yang hijrah ke Madinah dan membentuk sebuah Pemerintahan Islam di sana. Kegigihannya dalam menegakkan kalimat Allah sudah tidak bisa diragukan lagi. Dan akhir hidupnya, semakin menegaskan bahwa beliau adalah salah satu Ahli Surga, Ia termasuk dalam barisan pemuda-pemuda yang dirindukan surga.

Medan Uhudpun bertalu-talu. Mengundang gairah para sahabat yang merindu syahid. Tak terkecuali, semua yang tidak berhalangan turut serta di dalam barisan syuhada’ itu. Mereka keluar dari kota Madinah dan menyongsong musuh di gunung Uhud. Di sinilah, kisah indah itu bermula, sang pemuda syahid. Ia menemui Allah dengan senyum kemenangan dambaan setiap insan yang beriman.

Tatkala pasukan muslim kocar kacir lantaran ulah beberapa sahabat yang ‘gila harta’, dimana pasukan musuh memburu habis-habisan rombongan yang diduga akan menyelamatkan Nabi, maka sang pemuda menaikkan tinggi-tinngi panji yang dibawanya. Ia berteriak untuk memancing perhatian musuh. Agar musuh berbalik mengejar dirinya dan mengacuhkan rombongan Nabi. 

Di sini, sikap kesatriaannya terlihat sangat jelas. Ia tak takut mati, sedikitpun. Ia bahkan terlihat seperti singa yang gagah. Singa yang nampaknya sudah bisa mencium surga sementara ia masih berada di dunia. Ia yang sendiri, nampak seperti dibantu oleh ribuan malaikat. Ia berhasil mengalahkan banyak pasukan musuh yang menyergapnya. Sampai kemudian datanglah seorang musuh bernama Ibnu Qumaiah. Dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha sekuat mampu mempertahankan panji, sembari berniat agar Nabi berhasil lari lebih jauh lagi dari kejaran musuh. Ia sama sekali tidak megkhawatirkan nyawanya. Yang ada dalam benaknya hanyalah surga dan keselamatan Nabi.

Ibnu Qumaiah berhasil memotong tangan kanan sang pemuda. Ia tidak bergeming. Panji yang dipegannya kemudian dialihkan menuju tangan kirinya. Ia mendekapnya, sementara telapak tangan kirinya masih memegang pedang dan mengayunkannya. Sang durjana tetap saja bernafsu untuk membunuh sang pemuda, sabetan pedang keduanya berhasil memotong tangan kiri sang pemuda.

Maka panji yang ada kemudian ia dekap. Sekuat dekapannya, dengan sepenuh jiwa. Akhirnya, dengan sebilah tombak, sang pemuda tersenyum. Tombak itu ditancapkan oleh Ibnu Qumaiah sehingga putus di dalam tubuh sang pemuda.. Tombak itu telah menjadi perantara pertemuannya dengan kekasih sejatinya, Allah Subhanahu Wa Ta’alaa. Wajahnya menelungkup ke tanah dengan basuhan darah sucinya. Ia syahid di medan uhud. Diriwayatkan, setiap kali tangannya terpotong oleh tebasan pedang musuh, ia selalu berkata, “ Muhammad hanyalah utusan Allah. Dan telah berlalu Nabi-Nabi  yang serupa dengannya.”

Uhudpun berakhir. Rasul bersedih karena sebagian besar sahabatnya syahid. Termasuk sang paman Hamzah bin Abdul Muthalib yang syahid lantaran bidikan tombak seorang budak sewaan Hindun. Beliau mengelilingi medan Uhud dengan wajah sedih. Sedih karena beliau ditinggal oleh para pembela agama yang diembannya. Ketika menjumpai jasad Sang Pemuda yang tertelungkup, beliau membacakan firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 23, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).”

Allahu Akbar walillahil hamd! Pemuda itu telah menunaikan janjinya. Ia telah menjual dirinya untuk Agama Allah. Ia telah menebus nyawanya dengan kesyahidan yang mengharukan. Ia telah membuat kita berdecak kagum dengan keberaniannya. Ia selayaknya, menjadikan kita menangis sejadi-jadinya, jika ternyata kita tidak mengenal siapa Pemuda mulia itu. Sahabat yang berjiwa muda, berparas gagah dan dirindu surga. Sang Pemuda Parlente  itu adalah Mush’ab bin Umair Radhiyallahu ‘Anhu. Semoga Allah menerima semua kemuliaan beliau. Aamiin..

Akhirnya, sahabat Khabbab bin Al Arrat meriwayatkan, “Tak sehelai kainpun untuk menutupi jasadnya selain burdah. Andai ditaruh di atas kepala, terbukalah kedua kakinya. Andai ditaruh dikakinya, terbukalah kepalanya. Maka Nabi bersabda, ‘ Tutupkan burdah itu di kepalanya dan tutupi kakinya dengan rumput Idzkir.”

Mush’ab yang tampan telah memberikan contoh. Bahwa iman bukan setengah-setengah. Ia harus diperjuangkan, meskipun harus berpisah dengan keluarga yang dicintai, harta yang dibanggakan, pun nyawa yang tinggal satu-satunya. Dari Mush’ab kita juga belajar, bahwa bakti kepada orang tua harus terus dilakukan, meskipun orang tua kafir.

Semoga kita bisa meneladani Mush’ab, sekuat kemampuan kita. Mush’ab, aku rindu padamu.

http://www.fimadani.com

Kamis, 03 November 2011

Qurban Buat Emak

Setelah melayani pembeli, saya melihat seorang ibu sedang memperhatikan dagangan kami. Dilihat dari penampilannya sepertinya ibu itu tidak akan beli. Namun saya coba hampiri dan menawarkan. “Silahkan bu.” ibu itu menunjuk, “Kalau yg itu berapa bang?” Ibu itu menunjuk hewan yg paling murah.

“Kalau yang itu harganya 600rb bu”, jawab saya.

“Harga pasnya berapa?”

“500rb deh. Harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah..”

“Uang saya Cuma ada 450rb, boleh gak”.

Waduh.. saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug. “Biarlah..”
Sayapun mengantar hewan ibu. Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Astaghfirullaah.. Allahu Akbar, terasa menggigil seluruh badan demi melihat keadaan rumah ibu tersebut.
Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan ibu dan satu orang anaknya di rumah gubuk berlantai tanah. Saya tidak melihat tempat tidur/kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.

Diatas dipan sedang tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak.. bangun mak, nih liat Sumi bawa apa”, perempuan tua itu terbangun. “ Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak.”

Orang tua itu kaget namun bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.”
“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya
niatkan buat qurban ibu saya.”

Duh Gusti.. Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMu yg satu ini. HambaMu yg miskin harta tapi dia kaya Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar niat dari ibu ini.
“Bang nih ongkos bajajnya.!”, panggil si Ibu, “Sudah bu, biar ongkos bajaj saya yang bayar.”. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan deagan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuan

http://www.fimadani.com/

Selasa, 01 November 2011

UNESCO: 107 Suara untuk Palestina

Sebanyak 107 negara dari anggota Badan PBB Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO), memberikan suaranya untuk mendukung Palestina menjadi anggota UNESCO, Senin (31/10). 14 negara anggota dikabarkan menentang keputusan itu dan 52 negara menolak untuk memberikan suara.

Negara yang menentang terhadap keputusan tersebut diantaranya adalah Amerika, Jerman dan Kanada. Sedangkan mereka yang menolak untuk memberikan suara diantaranya adalah Italia dan Inggris. Sedangkan Perancis dengan tegas memberikan dukungannya terhadap keputusan UNESCO tersebut, begitupula dengan mayoritas negara Arab dan umumnya negara Afrika dan Amerika Latin.

Terkait kemenangan Palestina ini, utusan Israel untuk UNESCO, Namrud Barkan mengatakan, hubungan Perancis dengan Israel akan merenggang dikarenakan Perancis memberikan suaranya untuk Palestina. Pihak Kementerian dalam Negeri penjajah Israel juga menyampaikan kekecewaannya, terkait tidak adanya kontak dan nota kesepakatan antar anggota Uni Eropa agar memiliki sikap bersama, dengan melarang keputusan UNESCO itu. Padahal Israel sangat berharap, Uni Eropa bisa menjadi mediator dalam mewujudkan perundingan damai secara langsung antara Israel dengan Palestina.

Sedangkan Sekjen PBB, Ban Ki Moon terkait dengan keputusan UNESCO ini menegaskan, bahwa dirinya masih tetap mendukung dilanjutkannya perundingan antara Palestina dengan Israel, karena menurutnya itulah satu-satunya solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Ki Moon kemudian juga berharap, dengan dimasukkannya Palestina sebagai anggota tetap UNESCO, tidak lantas membuat Washington marah dengan menyetop anggarannya kepada UNESCO. (msy/alj)

*) sumber http://knrp.or.id