Jumat, 16 Desember 2011

Pemilu Mesir: Salafi Mesir Pilih Lakukan Dosa Kecil Daripada Orang Sekuler yang Berkuasa

Pemilu Mesir: Salafi Mesir Pilih Lakukan Dosa Kecil Daripada Orang Sekuler yang Berkuasa
Hasil pemilu Mesir menunjukkan mayoritas partai-partai Islam berhasil mengalahkan kelompok aktivis liberal yang memimpin pemberontakan terhadap Husni Mubarak.

Sayap politik Ikhwanul Muslimin siap untuk mengambil bagian terbesar dari suara, sebanyak 45 persen. Namun Partai Salafi An Nur, yang mengemban interpretasi di mana demokrasi harus dibawah Al Quran, bisa memenangkan seperempat suara, memberikan mereka banyak kekuatan untuk mempengaruhi perdebatan.

Partai An Nur adalah sayap politik utama dari gerakan Salafi yang ada di Mesir. Mereka berbicara secara terbuka tentang tujuan mereka untuk mengubah Mesir menjadi negara di mana kebebasan pribadi, termasuk kebebasan berbicara, perempuan berpakaian dan seni, harus dibatasi oleh hukum Islam.

Salafi melarang perempuan masuk dalam peran kepemimpinan, mengutip hadits Nabi Muhammad yang melarang kepimpinan diberikan kepada perempuan.” Namun, ketika peraturan pemilihan memaksa semua partai untuk melbatkan perempuan, ulama Salafi Yassir Al Burhami mengalah, mengatakan bahwa “melakukan dosa-dosa kecil” adalah lebih baik daripada “melakukan dosa yang lebih besar” – yang maksudnya membiarkan orang-orang sekuler menjalankan pemerintahan.

Pada akhirnya, Partai An Nur menempatkan perempuan di bagian bawah daftar caleg, diwakili oleh foto bunga karena perempuan dianggap tidak pantas memamerkan wajahnya. Hal ini sempat menimbulkan kritikan tajam dari kalangan liberal.

Allah sebagai Sumber Hukum

Seorang juru bicara partai Salafi An Nur, Yussari Hamad, mengatakan, partainya menganggap hukum Allah satu-satunya sumber hukum. “Di negeri Islam, saya tidak bisa membiarkan orang memutuskan apa yang diperbolehkan atau apa yang dilarang,” kata Hamad kepada Associated Press. “Hanya Allah yang berhak memberikan jawaban apa yang benar dan apa yang salah.”

Salafi adalah pendatang baru di panggung politik Mesir. Mereka sejak lama menjauhi konsep demokrasi, mengatakan demokrasi memungkinkan hukum manusia mengesampingkan hukum Tuhan. Namun mereka akhirnya membentuk partai dan masuk ke dunia politik setelah penggulingan Mubarak, berusaha untuk mengabadikan hukum Islam dalam konstitusi baru Mesir.

associatedpress | fimadani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar