Sabtu, 14 April 2012
Perdana Menteri yang Hafal 30 juz Al-quran
Hidayatullah.com--Berapa orang perdana menteri atau presiden di seluruh dunia yang mengimami solat Jum’at hari ini? Yang sudah pasti Ismail Haniyah, Perdana Menteri Palestina di Gaza.
Ada yang statistiknya lebih sedikit lagi.
Berapa orang perdana menteri atau presiden di seluruh dunia yang hafal seluruh 30 juz Al-Quran, memiliki sanad hafalan yang tersambung ke Rasulullah Sallallaahu ‘alayhi wa sallam? Memahami arti dan tafsirnya? Dan menda’wahkannya kepada rakyatnya?
Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah hafal 30 juz Al-Quran, memiliki sanad hafalan yang tersambung ke Rasulullah Sallallaahu ‘alayhi wa sallam, dan hampir setiap Jum’at menda’wahkannya kepada rakyatnya di berbagai masjid di Palestina.
Tadi siang, Tim SA2Gaza melaksanakan solat Jum’at di Masjid Al-Gharbi yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah kediaman Haniyah.
Sampai keempat relawan kita siap menuju masjid itu, belum ada kejelasan apakah perdana menteri yang dididik langsung sejak kecil oleh Syeikh Ahmad Yasin itu akan solat di situ atau berkhutbah di tempat lain.
Masjid Al-Gharbi mampu menampung sekitar 2500 orang. Masjid itu terletak di tengah kamp pengungsian Asy-Syati’ di tepi Laut Mediterania. Kamp ini diantara tempat pertama yang dijadikan pengungsian, saat terjadi An-Nakbah (teror Yahudi besar-besaran atas umat Islam di tahun 1948). Di sudut-sudut jalan, terdapat pemuda-pemuda berseragam hitam dan bersenjata.
Saat tim kita tiba di masjid itu, beberapa buah kamera sudah terpasang dan mengarah ke mimbar kayu bercat cokelat muda, sewarna dengan seluruh dinding mihrab.
Melihat kamera-kamera itu, jurukamera Tim SA2Gaza mengaku berbesar hati.
“Alhamdulillah, kayaknya beliau bakal ngasih khutbah nih,” ujarnya sumringah.
Tapi tak lama berselang, seorang pemuda mengenakan jalabiyah cokelat muncul di atas mimbar dan mulai mengucap salam. Pemuda itulah khatibnya, bukan Ismail Haniyah.
Saat azan tengah dikumandangkan, serombongan pria berjas biru tua berbadan tegap memasuki masjid. Di tengah mereka terdapat Abu ‘Abd, panggilan akrab Perdana Menteri Ismail Haniyah yang langsung solat dua raka’at di shaf kelima, seusai menyimak azan.
Khutbah setengah jam itu menyemangati rakyat Gaza dengan ayat Al-Quran dan hadits mengenai pentingnya bersikap tegar menghadapi segala ujian Allah. Tidak satu kalimatpun dari lisan khatib mengeluhkan pengepungan Zionis Israel atas Gaza. Seakan-akan apa yang sedang mereka alami merupakan hal yang lumrah dialami seluruh umat Islam di dunia, dari zaman ke zaman.
“Tidak mungkin ada orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu urusannya sudah dianggap sempurna. Kesempurnaan iman itu ditandai dengan ujian Allah. Ujian adalah tanda cinta Allah. Semakin diuji, semakin tinggi iman seseorang, semakin bertambah cinta Allah kepadanya…,” katanya.
Seusai khutbah, Ismail Haniyah maju ke depan, lalu mengimami solat. Suaranya merdu. Suara seorang imam yang faham makna setiap kata yang dibacanya. Suara seorang laki-laki yang sedang mengadukan masalah kepada Penciptanya.
Suara seorang pemimpin yang berendah hati, dan menyerahkan seluruh urusan jutaan rakyatnya kepada Penguasanya.
Dalam dua raka’at, Haniyah membacakan bagian terakhir surat Al-Fajr yang bermakna:
“Adapun manusia
apabila Tuhannya mengujinya
lalu dia dimuliakan-Nya
dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata:
Tuhanku telah memuliakanku.
Adapun bila Tuhannya mengujinya
lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:
Tuhanku menghinakanku.
Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya kamu tidak memuliakan
anak yatim,
dan kamu tidak saling mengajak
untuk memberi makan orang miskin,
dan kamu memakan harta warisan
dengan cara mencampur-baurkan
(yang halal dan yang haram),
dan kamu mencintai harta benda
dengan kecintaan yang berlebihan.
Jangan berbuat begitu.
Apabila bumi digoncangkan berturut-turut,
dan datanglah Tuhanmu;
sedangkan malaikat berbaris-baris.
Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahannam;
pada hari itu sadarlah manusia,
akan tetapi tidak berguna lagi
kesadarannya itu.
Dia berkata:
Alangkah baiknya kalau dulu
aku mengerjakan amal-amal shalih
untuk hidupku ini.
Maka pada hari itu tiada seorangpun
yang menyiksa seperti siksa-Nya
Dan tiada seorangpun yang mengikat
seperti ikatan-Nya.
Wahai jiwa yang tenang…
Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam
jama’ah hamba-hamba-Ku,
maka masuklah ke dalam Syurga-Ku…” (surah Al-Fajr; 15-30)
Sehabis mengimami sholat, Perdana Menteri Haniyah dikerumuni rakyatnya. Rata-rata memeluk dan menciuminya dengan penuh kecintaan. Ada yang mengadukan persoalan ekonominya, ada yang memberinya sepucuk surat, ada juga yang sekadar meminta supaya anaknya disalami dan dicium oleh pemimpinnya itu.
Tim Sahabat Al-Aqsha diajak mendekat. Menyalaminya. Memeluknya. Menyampaikan salam dari rakyat Indonesia. Meminta Ismail Haniyah mendoakan seluruh bangsa Indonesia agar senantiasa berada di bawah perlindungan dan hidayah Allah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar