SATU pagi di pekan ini. Seorang ikhwah terlihat  sedang berjalan menyusuri trotoar yang berjarak lebih 10 kilo meter dari  rumahnya. Tas ransel menempel di punggungnya, membentuk kesan beberapa  tahun lebih muda. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: “Sebentar lagi  mukhayam, ana perlu menyiapkan diri. Lagi pula, ana merasa selama ini  kurang riyadhah”
Bagaimana dengan riyadhah atau olah raga pekanan,  bukankah harusnya rutin berjalan? “Itulah kelemahan ana. Selama ini  hanya riyadhah ala kadarnya. Beberapa pekan yang lalu ana jatuh sakit,  diantara penyebabnya terlalu banyak duduk dan kurang olah raga.”
“Untunglah  tarbiyah 'memaksa' kita untuk hidup seimbang. Termasuk menjadikan  mukhayam  (acara kemah kepanduan) sebagai salah satu sarananya. Itu  sangat mengingatkan dan membantu ana. Entahlah apa jadinya kalau ana  tidak ikut tarbiyah. Beberapa teman ana sudah kena stroke, kebanyakan  adalah mereka yang jarang olahraga.”
Subhaanallah... ternyata  aktif dalam tarbiyah bukan saja membuat kita dekat dengan Allah SWT dan  memahami Islam lebih syamil. Benar juga, seringkali dengan sistem yang  baik, kita “dipaksa” menjadi baik. Demikian pula tarbiyah. Ia “memaksa”  kita untuk menjalani hidup dengan seimbang. Setidaknya tiga aspek besar  kehidupan menjadi perhatian: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah.
Riyadhah, mukhayam, dan sejenisnya “memaksa” kita untuk memenuhi hak fisik kita. “Atas fisik kalian ada hak yang harus ditunaikan,” demikian Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits.
Dengan fisik yang  sehat, bugar dan kuat, banyak kewajiban yang bisa kita tunaikan lebih  mudah. Bukankah terlalu banyak ibadah di dalam Islam yang membutuhkan  fisik yang sehat? Dalam lima rukun Islam saja, tiga diantaranya  membutuhkan fisik yang sehat; shalat, puasa, lebih-lebih haji. Jika  dipikir lebih jauh, zakat sebenarnya juga membutuhkan fisik yang sehat,  secara tak langsung. Dengan fisik yang sehat seseorang bisa  berpenghasilan, dari penghasilan seseorang memiliki harta yang jika  mencapai nishab dan haul, barulah ia berkewajiban zakat. Ternyata zakat  juga berhubungan dengan fisik yang sehat.
Ibadah ghairu maghdah  juga begitu. Hampir selalu membutuhkan fisik yang sehat. Bekerja untuk  memberi nafkah keluarga, berdakwah, berharakah, semuanya membutuhkan  fisik yang sehat. Bahkan fisik yang bugar dan kuat. Sungguh luar biasa  sabda Nabi : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang  lemah.”
Kita mungkin pernah bertanya saat membaca Risalah  Ta'alim, mengapa Hasan Al-Banna mendahulukan qawiyyul jism daripada  aspek lain termasuk matinul khuluq dan salimul aqidah? Cerita ikhwah di  atas barangkali memudahkan kita untuk menjawabnya. Hasan Al-Banna  menekankan pentingnya tarbiyah jasadiyah agar diperhatikan aktifis  dakwah yang umumnya secara aqidah dan akhlak sudah tidak ada masalah.  Wallaahu a'lam bish shawab.
Sumber: www.pks-tegalkota.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar