
Bacalah  Al Qur’an dari  awal sampai akhir, kita akan menemukan betapa manusia  adalah mahluk  yang sangat mulia. Dalam surah Al Baqarah Allah swt.  menerangkan bahwa  manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Bukan  hanya itu, Allah swt.  memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam  as. Ini menunjukkan  bahwa kedudukan manusia di sisi Allah swt. sangat  tinggi. Dalam ayat  lain Allah swt. berkali-kali menegaskan bahwa  penciptaan langit dan  bumi, adalah untuk manusia “mataa’an lakum wa lian’aamikum”.
Ini menunjukkan bahwa manusia benar-benar diposisikan oleh Allah swt. sebagai pengelola kehidupan di bumi.
Tetapi  harus dipahami di sini bahwa manusia dalam mempertahankan  hakikat  kemuliaan ini akan berhadapan dengan tantangan dalam dirinya.  Allah swt.  menceritakan dalam surah An Nazi’at tantangan ini berupa:  (a) cinta  dunia (b) tunduk kepada nafsu. Siapa yang menang atas kedua  tantangan  ini ia merdeka. Namun siapa yang terbelenggu dalam kedua  tantangan  tersebut ia tidak merdeka. Merdeka artinya terbebas dari  belenggu cinta  dunia dan nafsu. Bukan merdeka seseorang yang  dipermainkan nafsunya dan  begelimang dalam gemerlap dunia. Tetapi  sayang, makna ini sekarang  terbalik. Di sana-sini terdengar teriak  kemerdekaan dengan  bersenang-senang dalam nafsu dan dunia. Sungguh ini  suatu kenyataan yang  sangat menyedihkan,
Tidak akan merdeka penduduk sebuah negeri  yang tunduk kepada nafsu  dan cinta dunia.
 Mengapa?
 (1) Nafsu akan  membawa manusia kapada  dosa-dosa dan kedzaliman. Bila ke kedzaliman  terus berlangsung Allah  swt. akan mencabut keberkahan. Bila keberkahan  tidak ada, maka  penderitaan akan terus menimpa penghuni sebuah negeri.
  (2) Nafsu akan  menyeret manusia kepada kerakusan. Kerakusan melahirkan  kekejaman  terhadap kemanusiaan. Tidak sedikit pembantaian terhadap  kemanusiaan  terjadi hanya karena karakusan terhadap harta dan kekuasaan. 
 (3) Nafsu  membuat manusia menjadi sekedar binatang. Bila manusia lebih  didominasi  oleh kebinatanganya ia akan lebih kejam dan lebih parah dari  binatang.  Allah berfiman: “ulaaika kal an’aam balhum adhal”
Begitu  juga cinta dunia, ia termasuk tantangan yang selalu membuat  manusia  tidak merdeka. Mengapa? (1) Dengan cinta dunia manusia menjadi  hambanya.  Bila manusia menjadi hambanya maka ia akan sibuk dengannya,  siang dan  malam melebihi kesukannya kapada Allah swt. (2) Cinta dunia  mematikan  hati nurani. Seringkali hati menjadi keras karena  mengagungkan dunia.  Sebab dengan mengagungkan dunia, ia akan lupa  kepada akhirat. Karenanya  dalam Al Qur’an Allah swt. berfirman: “bal tu’tsiruunal hayaatad dunyaa wal aakhiratu khairuw wa abqaa.” 
Jelasnya  kemerdekaan bukan hanya sebuah makna keterbebasan dari  belenggu  penjajahan. Melainkan lebih dari itu keterbebasan dari  belenggu nafsu  dan cinta dunia. Bila makna ini benar-benar tercermin  dalam pribadi  sebuah bangsa, maka hakikat kemerdekaan akan benar-benar  tercapai.  Mengapa? Bisa dipastikan bahwa dengan terbebasnya dari  belenggu nafsu  dan cinta dunia keadilan akan tegak dengan jujur. Tegaknya keadilan akan  melahirkan keamanan. Keamaman akan membuat semua  kehidupan menjadi  produktif dan sejahtera.
Itulah mengapa Al Qur’an dari awal sampai  akhir selalu menekankan  pentingnya manusia bersungguh-sungguh mentaati  Allah swt. dan melawan  nafsu. Sebab hanya dengan mentaati Allah swt. ia  akan benar-benar  merdeka. Silahkan baca ayat-ayat yang menceritakan ahli  neraka, selalu  saja sebabnya adalah karena ikut nafsu dan mengutamakan  dunia atas  akhirat.
Lalu silahkan baca ayat-ayat yang menceritakan  ahli surga, pasti  selalu sebabnya adalah karena bersungguh-sungguh  mentaati Allah swt.  dan bersungguh-sungguh mengendalikan nafsu.  Kemerdekaan hakiki bukan  artinya kebebasan sebebas-bebasnya. Melainkan  kejujuran dalam  mejalankan hidup bedasarkan fitrah. Dan fitrah adalah  iman. Maka dengan  ikut fitrah berati kemerdekaan benar-benar terbukti.  Tidak akan pernah  merdeka penduduk sebuah negeri yang jauh dari  fitrahnya. Wallahu a’lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar