Rabu, 17 Agustus 2011

THR Dunia vs THR Akhirat

dakwatuna.com - “Tak ada lagi nikmat terindah selain merasakan nikmatnya Islam”
Beberapa hari lagi kita akan menghadapi ‘Idul Fitri, di mana sebuah hari yang merupakan penghujung akhir dari bulan penuh keindahan ini yakni Ramadhan. Begitu besar keindahannya sehingga bagi orang beriman akan merasa sedih sekali ditinggal oleh Ramadhan ini, karena memahami bahwa esok tak pernah bisa diketahui apakah akan bertemu atau tidak.

Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah kejadian yang membuat saya sedih.. sedih sekali. Suatu sore saat selepas pulang kerja, tak sengaja saya melewati kerumunan para abang becak. Dengan senyum sapa yang terukir, itulah yang memang harus di sampaikan pada sesama muslim. Namun ada kejanggalan di hati, ketika melihat para abang-abang ini tengah terlihat menikmati isapan rokok di saat berpuasa sambil membicarakan sesuatu yang penting sepertinya. Sayup-sayup pembicaraan itu sepintas saya dengar, yakni pembicaraan mengenai THR. 

Memang di kompleks saya tinggal terbiasa para abang becak juga mendapatkan hadiah ya kalau di istilahkan THR mungkin. Inilah yang menjadi pembicaraan serius di tengah isapan rokok di antara mereka, selepas melewati kerumunan itu kemudian saya berfikir tentang apa yang dilihat dan didengar. Waktu itu terpikir seperti ini, apakah manusia lupa bahwa yang paling penting di saat-saat akhir Ramadhan ini adalah THR dari Allah mengapa banyak orang lebih suka dan lebih serius membicarakan THR dunia yang nota bene ketika beberapa saat saja dibelanjakan pasti habis. Lalu kemudian mengapa tak pernah serius membicarakan apakah tahun ini kita mendapatkan THR dari Allah dengan mendapatkan Lailatul Qadr yang nilai nominalnya 83 tahun?

Kemudian saya teringat akan hadits “barang siapa akhirat menjadi obsesinya, maka Allah akan melancarkan semua urusannya, hatinya kaya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk…” (HR Ibnu Majah). Lalu ketika saya merenungi hadits ini, apa yang menjadi menggusarkan jiwa ya.. masalah THR dunia yang belum dikasih mengapa menjadi sesuatu yang seakan-akan besok mau kiamat, padahal yang paling penting di akhir Ramadhan apakah dosa-dosa kita diampuni atau tidak, apakah ibadah shaum kita diterima atau tidak, apakah tahun ini kita mendapatkan THR dari Allah berupa Lailatul Qadr atau tidak? Dan yang menyedihkan kita meributkan THR manakala kita dengan sombongnya tidak mau berpuasa, padahal dunia dan isinya adalah milik Allah, rezeki juga miliki Allah, dan juga Allah berhak ke mana rezeki itu akan mengalir.

Bukan tidak boleh mengharapkan diberikan THR, namun jangan sampai hal dunia mengubur jiwa kita mengharapkan THR akhirat. Jika sampai diri kita menomorduakan Allah maka sungguh rugilah kita, karena yang punya segalanya Allah, kalau Allah mau gaji kita, THR kita, pendapatan kita  dikunci rapat maka Allah sanggup. Lalu harus ke mana lagi jika Allah saja tak mau melihat kita? Inilah butuhnya ketekadan diri kita untuk terus menebarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain, agar orang lain pun sama-sama mendapatkan manfaat menjadi orang yang memiliki ilmu. Semoga Allah menghadiahkan pada Ramadhan kali ini Lailatul Qadr, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar