Islamedia -  Hari ini, usai sudah tugas yang kau emban. Tunai sudah amanah yang  selama ini kau jalankan. Oleh karenanya, Allah memanggilmu. Ia ingin kau  menghadap kepadaNya. Membawa selaksa Cinta, selaksa karya yang telah  kau toreh dalam kurun waktu 48 tahun lebih 6 Bulan.
Pagi  ini, kau mengahadapkan dirimu kepada penciptaMu, di sepertiga malam  terkahir. Waktu yang biasanya kau gunakan untuk menghamba, berdua dengan  Allah, pemeliharamu satu satunya. Namun, karena safar, perjalanan, kau  urung melakukan itu. Sebuah kecelakaan yang berujung pada ajal, menjadi  sebab kepergianmu, menghadap Ilahi. Kala itu, kau baru pulang dari  Universitas Gajah Mada, menghadiri Wisuda buah hatimu. Tentunya, ada  bahagia yang menyelinap di hati sucimu.
Di  kebutaan pagi ketika Aku tengah menggigil kedinginan lantaran udara,  sehingga urung beranjak dari pembaringan, kau dijemput oleh Izroil.  Sekali lagi, Untuk menghadapkan dirimu, kepada Sang Maha Suci.
Dan  berselang jam setelahnya, sebuah kabar masuk ke ponsel, ketika Aku  masih bersantai leha selepas tilawah, di Rumah Allah. Kabar yang  menyesakkan, mengagetkan, namun harus diterima dengan lapang dada.  Karena itu Fakta, benar adanya. Kabar yang membuatku beristighfar  sejadi-jadinya sembari melantunkan doa, “ Semoga Allah mengampuni semua  dosamu, menerima amal Sholihmu dan menempatkanmu di tempat terindah di  SisiNya. Amiin."
Kabar  itu seperti mimpi, karena begitu cepat terjadi. Bahkan seorang kolega  bertanya heran, “ Benar Gak Mas ? Jangan menyebarkan pesan yang belum  jelas ah!” Aku terdiam. Dan memang bingung mau menjawab apa. Perasaanku,  sama dengan yang ia alami. Hampir tidak percaya. Lalu, kupencet keypad  ponselku, membalas pesan itu, “ Mas, Beginilah Kematian mengajari Kita.  Ia datang dengan tiba-tiba. Tanpa dikira, oleh siapaun. Ia datang, tak  perlu dijemput. Dan pergi, tak usah diantar. Ia datang dan pergi, sesuai  kehendak Allah, sang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan.”
Kemudian,  satu persatu bayang tegar wajahmu berkelabat dalam fikirku. Dimataku,  Kau adalah wanita tangguh. Jika Allah meridhoi, Aku ingin mempersunting  wanita yang setangguh dirimu, atau lebih tangguh Lagi. Walaupun,  kusadari, Layakkah aku mempersunting wanita yang setangguh dirimu? Ah,  semoga saja Allah melayakkanku, Amiin.
Medio  2008, dalam suatu acara Penggalangan Dana untuk saudara semuslim di  Palestina. Itu adalah pertama kalinya Kita berjumpai. Tapi, aku seperti  pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tepatnya dimana, Aku tidak tahu.  Belakangan, kuketahui rasa itu bernama, TA’LIFUL QULUB. Bersatunya Hati  karena kesamaan Aqidah.
Kau  bagai Singa kala itu. Semangatmu mebakar jiwa  yang kerontang karena  kesibukan. Tilawah pas-pasaan, tahajud hampir tidak terjamah, hanya  jama’ah di masjid. Itupun kualitasnya sangat rendah. Berangkat  Belakangan, Pulang duluan. Padahal Nabi bersabda, “ Yang terbaik   dinatara kamu adalah Yang PALING awal mendatangi Masjid dan PALING AKHIR  meninggalkannya.” Tapi aku, kebalikan dari itu. Astaghfuirullahal ‘Adhiim.
Dengan suara yang lembut namun perkasa, kau sampaikan kepada kami, “ Saudara-saudara kita di Palestina,” Suaranya benar-benar Perkasa, meruntuhkan tebalnya kabut dosa di hatiku.” Masih sempat melaksanakan Qiyamullail dan Hafalan Qur’an” Aku mulai tersentak, nampaknya Kau akan menyindirku.  “ Padahal di kanan, Kiri, depan dan belakang Mereka adalah BOM, Ranjau  yang sengaja di pasang oleh Zionis laknatullah dan siap meledak  kapanpun”  Benar kan kataku. Ia menyindirku, telak. Aku tak  berkutik. Seperti mati langkah. Aku hanya pasrah dan membiarkan mataku  mengalirkan airnya, membasahi pipiku yang  lama tak menangis karena  takut kepada Allah. Allahu Akbar Walillahil Hamd. “ Sementara Kita,  yang nyaman, enak, damai dan tidak dilanda konflik bersenjata, dengan  tanpa merasa bersalah meningalkan TAHAJUD, melupakan hafalan Qur’an  dengan dalih yang remeh temeh,  Sibuk Bekerja.”  Lanjutnya berapi-api.  “Ya Allah , Ampuni kelalaian kami selama ini.” Doaku kala itu.
Setelah  itu, aku melihatmu dengan gigih berdakwah, menghadiri setiap kajian  terkait Palestina dan Timur Tengah. Bahkan, aku dibakar cemburu, ketika  kulihat engkau berada di tengah Pejuang Palestina. Ketika Kau berfoto  bersama Ustadz Ismail Haniya. Perdana Menteri Palestina dari HAMAS,  Harokatul Muqowwamah Al Islamiyah. “ Barokallahu fiik Bu, semoga Allah senantiasa menjagamu dan memanjangkan langkah Dakwahmu.” Bisikku iri, ketika melihat gambar itu.
Kemudian,   terakhir kali bertemu denganmu, akhir April 2011. Kau bersinergi  bersama mentari membakar diriku. Mentari membakar kulit dan fisik,  sementara Engkau membakar semangatku yang mulai lumpuh, dengan taujihmu.  Luar Biasa !!! Suaramu masih sama. Lembut namun perkasa. Kau berhasil  melelehkan air mataku, di waktu bersamaan, kau membuat jiwaku bergelora,  semangat meluap berlipat-lipat. Allahu Akbar walillahil hamd !!!  peristiwa ini, kucatat sebagai momen perpisahan kita di sini. Semoga  Allah berkenan Menjumpakan kita di tempat yang lebih baik  disisiNya.Amiin.
Pada kesempatan lain, dalam taujihmu , Kau pernah berkata, “ Dan Kita akan bersama sama Sholat berjama’ah di masjidil Aqsho. Allahu Akbar walillahil Hamd.” Kamipun menyambut kalimat itu dengan takbir serupa, dengan semangat dan visi yang sama , PALESTINA MERDEKA.  Dan kini,  Kau lebih dulu menghadapkan diri kepada Sang Pencipta.  Nampakanya, karena hal itu, Kau tidak bisa berjama’ah bersamaku di Al  Aqsho di dunia ini.
Baiklah  Bu, nampaknya tak kan pernah usai jika kutuliskan semua rasaku. Aku  telah menganggapmu sebagai Ibuku, Ibu seaqidah. Walaupun tidak pernah  bersua secara khusus. Pun, Aku tak pernah berbicara denganmu secara  langsung. Tapi, Aku akan berusaha, akan kulanjutkan semangatmu dalam  berjuang. Semoga aku bisa menyusulmu ke Palestina, Jika Allah  menghendaki.
Selamat  Jalan Bu, Aku bersaksi bahwa kau adalah orang baik. Dan aku yakin,  bahwa Allah Maha Menepati Janji. Semoga Kau lebih baik dari yang Aku  kira.
Jasadmu  telah pergi. Tidak mungkin kujumpai lagi. Hanya foto-foto perjuangan  yang kusimpan, sebagai kenang-kenangan. Kelak, akan kuberitahu  anak-anakkau tentang dirimu, bahwa Kau adalah MUJAHIDAH TANGGUH ZAMAN INI.  Namun, benih Semangat , benih Perjuangan yang telah kau tanam, pasti  akan bersemi,dan kelak berbuah. Beriring dengan kepergianmu, menemui  Robb Kita. Semoga Allah Memberi Khusnul Khotimah kepadamu, juga kepada  kami semuanya.
Selamat  Jalan Bu, baik – baik di sana ya. Kami akan terus berjuang, semampu  kami, hingga Islam benar benar Berjaya. Allahu Akbar walillahil Hamd !!!
Tak terasa, ada bulir yang mengalir lembut.
Sabtu Pagi, 18 Jumadil Tsani 1432 H / 21 Mei 2011 M.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar