Islamedia - Bila kita mengklaim sesuatu, maka kita harus menyiapkan bukti yang mendukung klaim itu. Karena sesuatu dikenal dari cirinya. Maka bila kita - misalnya - mengaku sebagai orang yang pekerja keras, harus dibuktikan bahwa kita memiliki sifat-sifat pekerja keras.
Begitu pula seorang yang mengaku muslim, tentu saja harus dibuktikan bahwa ia memiliki sifat-sifat seorang muslim. Seperti memahami makna dua kalimat syahadat dan mengimplementasikan syahadat itu dalam perilakunya.
Sebagian dari sifat-sifat seorang muslim tergambar dalam firman Allah pada Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 71. “Dan orang-orang Mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 71). Sifat-sifat ini harus lah diperiksa oleh setiap orang yang mengaku mukmin, termasuk diri kita.
Seseorang yang tidak memiliki kepedulian menolong sesama, tidak tergerak hatinya untuk menolong ketika melihat seorang muslim membutuhkan bantuan, maka orang tersebut tidak memiliki sifat sebagaimana sifat orang mukmin yang Allah firmankan. Bahkan seorang muslim yang zholim pun wajib kita berikan pertolongan. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang zholim atau yang dizholimi. Mereka berkata : “Ya Rasulullah kami menolong yang dizholimi, bagaimana kami menolong yang menzholimi ?”. Beliau menjawab : “Ambil tangannya (cegah kezholimannya)”.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR Muslim)
Karakter inilah yang diharapkan oleh Allah dalam Al-Ma'idah ayat 2. "...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Sifat mukmin lain dalam At-Taubah 71 adalah amar ma'ruf nahi munkar. Ini juga termasuk tolong-menolong dalam kebaikan. Karena orientasi mukmin adalah akhirat, maka perlu ada bantuan dari mukimin yang lain untuk menyokong agar sampai di tujuan dengan selamat. Menolong mukmin yang menzholimi - seperti hadits di atas - pun termasuk dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar.
Sifat ini yang Allah mau dalam Qur'an surat Ali-Imron ayat 104. "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran :104)
Dalam At-Taubah ayat 71 ini, kita menemukan perintah sholat dan zakat disebut secara beriringan. Aktifitas sholat dan zakat adalah aktifitas yang memenuhi baiknya "hablum minallah wa hablum minan naas" (hubungan kepada Allah dan hubungan dengan manusia). Sholat mewakili kesholehan vertikal, sedangkan zakat melambangkan kesholehan horizontal. Di beberapa tempat Allah swt menggandengkan perintah sholat dan zakat. Itu karena kekuatan hubungan yang lengkap: horizontal dan vertikal, adalah sifat seorang mukmin.
Mendirikan sholat dan membayar zakat adalah dua karakter orang mukmin yang Allah gambarkan dalam awal surat Al-Mukminuun. Orang mukmin itu beruntung, kata Allah (QS 23:1). Yaitu yang khusyu' dalam sholatnya (QS 23:2), dan juga memelihara sholatnya (QS 23:9). Orang mukmin yang beruntung itu juga tak lupa membayar zakat (QS 23:4). Itu lah orang yang dijanjikan Surga Firdaus oleh Allah swt (QS 23:10-11).
Sifat selanjutnya adalah taat kepada Allah dan Rasul-nya. Cara menta'ati Allah swt adalah dengan sikap "sami'na wa atho'na", dan dengan mengerjakan seluruh perintah-Nya secara kaffah (menyeluruh).
Sikap "sami'na wa atho'na" (kami dengar dan kami ta'at) Allah inginkan dalam surat An-Nur ayat 51. "Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Sikap itu mencerminkan ruhul istijabah (semangat menyambut seruan) yang tinggi. Berbeda dengan jawaban orang yang tidak beriman dari kalangan Bani Israil yang menjawab seruan dengan "Sami'na wa ashoina" (Kami mendengar tetapi tidak mentaati) (QS 2:-93)
Selain itu dalam rangka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya, kita harus ber-Islam secara kaffah (menyeluruh). Dengan begitu, kita mentaati semua perintah Allah - menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya - secara keseluruhan tanpa menyeleksi dan meninggalkan sebagian perintah dengan sengaja. “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (Qs al-Baqarah: 208).
Taat secara keseluruhan lah yang Allah inginkan. Allah mencela orang yang ta'at dengan tidak utuh (setengah-setengah). “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Alloh dengan berada di tepi (setengah hati); maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (kekafiran). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Q.S. Al – Hajj : 11)
Begitulah watak orang mukmin seperti yang tercantum dalam QS At-Taubah ayat 71. Semoga kita bisa mentadabburinya.
Allahua'lam bish-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar