REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tidak banyak perempuan Indonesia yang paham dan sadar bahwa dunia politik adalah dunia yang setara milik kaum laki-laki dan perempuan. Seringkali, dunia politik justru dianggap sebagai dunia keras milik laki-laki, karena politik selama ini identik dengan perebutan kekuasaan.
Padahal, perempuan juga memiliki kepentingan-kepentingan tertentu yang belum tentu dapat diwakili oleh laki-laki. Persepsi negatif itulah yang ditepis almarhumah Yoyoh Yusroh, seorang politisi perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang wafat karena kecelakaan pada 27 April 2011 lalu.
Kiprah wanita yang akrab disapa Ustadzah itu di parlemen menunjukkan kepada publik bahwa perempuan juga mampu menjalankan amanah politik dengan baik. Menurut dia, memisahkan perempuan dari politik sama dengan memisahkan masyarakat dari lingkungannya.
Kiprah Ustadzah Yoyoh, sebagai poltisi perempuan, di wilayah publik juga diapresiasi banyak pihak, baik rekan maupun lawan politik. Dalam pembahasan RUU Pornografi misalnya, Ustadzah Yoyoh adalah salah seorang legislator yang gigih untuk terus memperjuangkannya, semata-mata untuk kebaikan masyarakat Indonesia.
Melalui kesabaran dan kegigihannya, akhirnya UU Pornografi bisa disahkan. Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq mencatat bahwa banyak orang yang hanya dengan mendengar profilnya saja dan tidak pernah bertemu, sudah terkagum-kagum. Apalagi, lanjut Luthfi, jika sudah mengikuti jejak langkah kesehariannya.
"Saya tidak tahu apakah ke depan PKS akan dikaruniai lagi oleh Allah SWT seorang kader seperti beliau. Apakah PKS mampu mencetak kembali kader baru yang kapasitas dan kualitasnya sekaliber Yoyoh Yusroh," ujarnya seperti dikutip dalam kata pengantar Buku 'Ustadzah Yoyoh: Langkah Cinta Untuk Indonesia'.
Hal itu juga disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR RI Mustafa Kamal. Menurut dia, Ustadzah Yoyoh adalah sosok yang dengan naluri keibuannya, justru menjadikan politik menjadi tentram, serta tidak selau alot dan pelik.
"Sosok keibuan tetap hadir dalam peran publiknya. Suatu hal yang patut mendapat perenungan yang mendalam bagi para aktifis perempuan dalam politik maupun pergerakan pada umumnya," ujarnya.
Selain di bidang politik, Ustadzah Yoyoh juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan dakwah. Kiprahnya di dunia dakwah diapresiasi oleh Departemen Agama dengan memberinya penghargaan sebagai Mubaligh Nasional pada tahun 2001.
Tidak hanya di tingkat nasional, dia kemudian juga turut menjadi anggota Internasional Muslim Women Union (IMWU) sebagai salah satu wadah perjuangan bagi muslimah sedunia.
Dalam pandangan Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddik, Yoyoh Yusroh adalah sosok yang sangat peduli dengan isu-isu internasional, terutama perjuangan kemerdekaan Palestina.
Menurut Mahfudz, Yoyoh selalu aktif dalam mengkampanyekan perjuangan kemerdekaan Palestina, tidak hanya dengan pendekatan agama, tapi juga pendekatan Humanis.
"Isu mengenai negara-negara muslim yang sedang konflik, beliau nyaris tidak pernah mengangkat dari dimensi politik, yang justru membuat orang berdebat. Tapi, yang justru diangkat adalah sisi kemanusiaan yang akhirnya orang cenderung bersepakat," ujarnya.
Kolega politisi perempuan Ustadzah Yoyoh juga memiliki pengalaman yang tidak terlupakan dengannya.
Dalam pandangan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, Yoyoh Yusroh adalah politisi yang tetap konsisten dalam tugas-tugasnya, baik sebagai seorang Ibu dari 13 orang anak, maupun sebagai politisi yang terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan di wilayah publik.
"Semua peran itu (rumah tangga dan politisi) bisa dilakukan dengan baik oleh beliau. Apalagi, Ibu Yoyoh juga sangat aktif dalam peran-peran pemberdayaan perempuan di masyarakat, demikian testimoni Ibu Linda Gumelar dalam Buku 'Langkah Cinta Untuk Indonesia'.
Sementara seorang politisi perempuan muda di DPR, Rachel Maryam juga mengagumi sosok Ustadzah Yoyoh. Menurutnya, kemampuan Ustadzah untuk membagi waktu untuk 13 anaknya, suami dan urusan publik menjadi teladan bagi para politisi muda.
Apalagi mengingat, anak-anak almarhuman juga adalah anak-anak yang berprestasi. Hal ini tentu saja tidak lepas dari didikan yang bersangkutan.
Menurut Rachel, sosok keibuan itulah yang membuat Yoyoh bisa dekat dengan semua kalangan.
"Saya kenal sosok beliau adalah sebagai orang yang sabar, sangat bersahaja dan keibuan. Mungkin karena beliau adalah ibu dari banyak anak, maka beliau menjadi sangat merangkul," ungkap Rachel.
Kini, Ustadzah Yoyoh Yusroh sudah dipanggil kembali oleh Allah SWT. Ibu dari 13 orang anak sekaligus politisi senior PKS itu tetap menjadi panutan bagi setiap aktifis untuk terus berjuang, tanpa mengeluhkan hambatan-hambatan.
Kepiawaiannya memadukan urusan keluarga, dakwah, dan politik sungguh patut menjadi menjadi motivasi bagi para aktifis perempuan untuk terlibat aktif dalam dunia politik dan kebijakan publik. Seperti kata almarhumah, "Memisahkan perempuan dari politik, sama saja memisahkan masyarakat dari lingkungannya."
Padahal, perempuan juga memiliki kepentingan-kepentingan tertentu yang belum tentu dapat diwakili oleh laki-laki. Persepsi negatif itulah yang ditepis almarhumah Yoyoh Yusroh, seorang politisi perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang wafat karena kecelakaan pada 27 April 2011 lalu.
Kiprah wanita yang akrab disapa Ustadzah itu di parlemen menunjukkan kepada publik bahwa perempuan juga mampu menjalankan amanah politik dengan baik. Menurut dia, memisahkan perempuan dari politik sama dengan memisahkan masyarakat dari lingkungannya.
Kiprah Ustadzah Yoyoh, sebagai poltisi perempuan, di wilayah publik juga diapresiasi banyak pihak, baik rekan maupun lawan politik. Dalam pembahasan RUU Pornografi misalnya, Ustadzah Yoyoh adalah salah seorang legislator yang gigih untuk terus memperjuangkannya, semata-mata untuk kebaikan masyarakat Indonesia.
Melalui kesabaran dan kegigihannya, akhirnya UU Pornografi bisa disahkan. Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq mencatat bahwa banyak orang yang hanya dengan mendengar profilnya saja dan tidak pernah bertemu, sudah terkagum-kagum. Apalagi, lanjut Luthfi, jika sudah mengikuti jejak langkah kesehariannya.
"Saya tidak tahu apakah ke depan PKS akan dikaruniai lagi oleh Allah SWT seorang kader seperti beliau. Apakah PKS mampu mencetak kembali kader baru yang kapasitas dan kualitasnya sekaliber Yoyoh Yusroh," ujarnya seperti dikutip dalam kata pengantar Buku 'Ustadzah Yoyoh: Langkah Cinta Untuk Indonesia'.
Hal itu juga disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR RI Mustafa Kamal. Menurut dia, Ustadzah Yoyoh adalah sosok yang dengan naluri keibuannya, justru menjadikan politik menjadi tentram, serta tidak selau alot dan pelik.
"Sosok keibuan tetap hadir dalam peran publiknya. Suatu hal yang patut mendapat perenungan yang mendalam bagi para aktifis perempuan dalam politik maupun pergerakan pada umumnya," ujarnya.
Selain di bidang politik, Ustadzah Yoyoh juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan dakwah. Kiprahnya di dunia dakwah diapresiasi oleh Departemen Agama dengan memberinya penghargaan sebagai Mubaligh Nasional pada tahun 2001.
Tidak hanya di tingkat nasional, dia kemudian juga turut menjadi anggota Internasional Muslim Women Union (IMWU) sebagai salah satu wadah perjuangan bagi muslimah sedunia.
Dalam pandangan Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddik, Yoyoh Yusroh adalah sosok yang sangat peduli dengan isu-isu internasional, terutama perjuangan kemerdekaan Palestina.
Menurut Mahfudz, Yoyoh selalu aktif dalam mengkampanyekan perjuangan kemerdekaan Palestina, tidak hanya dengan pendekatan agama, tapi juga pendekatan Humanis.
"Isu mengenai negara-negara muslim yang sedang konflik, beliau nyaris tidak pernah mengangkat dari dimensi politik, yang justru membuat orang berdebat. Tapi, yang justru diangkat adalah sisi kemanusiaan yang akhirnya orang cenderung bersepakat," ujarnya.
Kolega politisi perempuan Ustadzah Yoyoh juga memiliki pengalaman yang tidak terlupakan dengannya.
Dalam pandangan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, Yoyoh Yusroh adalah politisi yang tetap konsisten dalam tugas-tugasnya, baik sebagai seorang Ibu dari 13 orang anak, maupun sebagai politisi yang terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan di wilayah publik.
"Semua peran itu (rumah tangga dan politisi) bisa dilakukan dengan baik oleh beliau. Apalagi, Ibu Yoyoh juga sangat aktif dalam peran-peran pemberdayaan perempuan di masyarakat, demikian testimoni Ibu Linda Gumelar dalam Buku 'Langkah Cinta Untuk Indonesia'.
Sementara seorang politisi perempuan muda di DPR, Rachel Maryam juga mengagumi sosok Ustadzah Yoyoh. Menurutnya, kemampuan Ustadzah untuk membagi waktu untuk 13 anaknya, suami dan urusan publik menjadi teladan bagi para politisi muda.
Apalagi mengingat, anak-anak almarhuman juga adalah anak-anak yang berprestasi. Hal ini tentu saja tidak lepas dari didikan yang bersangkutan.
Menurut Rachel, sosok keibuan itulah yang membuat Yoyoh bisa dekat dengan semua kalangan.
"Saya kenal sosok beliau adalah sebagai orang yang sabar, sangat bersahaja dan keibuan. Mungkin karena beliau adalah ibu dari banyak anak, maka beliau menjadi sangat merangkul," ungkap Rachel.
Kini, Ustadzah Yoyoh Yusroh sudah dipanggil kembali oleh Allah SWT. Ibu dari 13 orang anak sekaligus politisi senior PKS itu tetap menjadi panutan bagi setiap aktifis untuk terus berjuang, tanpa mengeluhkan hambatan-hambatan.
Kepiawaiannya memadukan urusan keluarga, dakwah, dan politik sungguh patut menjadi menjadi motivasi bagi para aktifis perempuan untuk terlibat aktif dalam dunia politik dan kebijakan publik. Seperti kata almarhumah, "Memisahkan perempuan dari politik, sama saja memisahkan masyarakat dari lingkungannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar