Minggu, 17 Juli 2011

Sejenak Menangis

Oleh : Cahyadi Takariawan

Sungguh ajaib makhluk ciptaan Tuhan bernama manusia. Ada banyak sekali fenomena kehidupan yang sering kita jumpai dalam hidup keseharian, yang ternyata merupakan mekanisme penjagaan kehidupan itu sendiri. Salah satu contoh sederhana adalah menangis. Mungkin saja dengan bahasa perasaan kita bisa mengatakan, “binatang itu menangis”, atau “pohon itu menangis”, atau “alam sedang menangis”, dan seterusnya.
Akan tetapi menangis yang dilakukan oleh manusia sangat spesifik. 

Dia bukan hanya aktivitas fisik “mengeluarkan air mata”, namun lebih dalam dari itu. Untuk bisa menangis, kita memerlukan “sebab” atau suasana tertentu, yang secara alami direspon oleh tubuh dengan menangis. Kadang peristiwa menangis terjadi secara spontan, namun bisa juga menangis karena “dikondisikan untuk menangis”. Bisa dikondisikan oleh orang lain, atau dikondisikan oleh diri sendiri agar bisa menangis. Namun, apapun prosesnya, menangis tetap saja memerlukan situasi dan kondisi yang khas.

Saya ingin membagi dengan sangat sederhana peristiwa menangis yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya.

1. Tangis Keimanan

Dalam sejarah Islam kita mengenal kisah orang-orang salih yang mudah menangis saat membaca ayat-ayat Al Qur’an, atau saat mendengar ayat-ayat Al Qur’an dilantunkan. Para sahabat Nabi mudah sekali mencucurkan air mata saat mendengar ayat-ayat yang berisi ancaman siksa neraka, karena mereka sangat takut siksa. Di zaman sekarang, kita bisa menyaksikan para Imam Masjid yang menangis saat membaca ayat-ayat Al Qur’an dalam shalat berjamaah, dan diikuti oleh tangis para jama’ah.

Perhatikan para imam besar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi seperti Syaikh Abdurrahman As Sudais, Syaikh Al Hushari, Syaikh Khalid Al  Ghamidi, Syaikh Masyari Al Rasyid Al ‘Afasi, Syaikh Sa’ud Asy Syuraim, Syaikh Yasir Ad Dausiri, dan imam-imam besar lainnya, sangat mudah tersentuh hati mereka hingga menangis saat menjadi imam shalat berjama’ah. Menangis bersama dalam suasana shalat yang khusyu’ ini, tidaklah dibuat-buat atau direkayasa, namun suasana dan kejadiannya sangat alami.

Ternyata menangis merupakan salah satu pertanda bahwa hati kita masih hidup dan sehat. Hati kita masih lembut dan mudah tersentuh oleh kebenaran. Menangis karena mengingat akhirat adalah bagian dari karakter orang beriman, karena sangat ingin mendapatkan ridha dan surga Allah, dan sangat ingin terjauhkan dari murka dan siksa-Nya. Menangis karena mengingat dosa yang telah dilakukan. Menangis karena merasa masih sedikitnya amal yang dikerjakan. Menangis dalam konteks seperti ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan keimanan.

2. Tangis Kemanusiaan

Ada pula peristiwa menangis karena sebab-sebab kemanusiaan. Misalnya menangis karena mendengar berita yang sangat menyedihkan, menangis karena kehilangan orang yang sangat dicintai, menangis karena mengalami musibah yang sangat berat, dan lain sebagainya. Menangis dalam konteks seperti ini terjadinya secara spontan dan sangat alami, tidak bisa direkayasa.
Saya sangat sering menangis saat musibah tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004. 

Hari-hari setelah itu media massa memberitakan dahsyatnya tsunami di Aceh. Saya merasakan kesedihan yang luar biasa, dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Saat datang sebagai relawan, sayapun menangis melihat sisa-sisa hebatnya bencana tsunami. Dan saya kembali menangis saat memasuki Museum Tsunami Aceh tahun 2010 kemarin.

Dalam setiap peristiwa musibah, kita sangat banyak menemukan orang menangis. Saat gempa melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun 2006, pemandangan orang menangis sangat mudah didapatkan. Saat bencana meletusnya Merapi tahun 2010, kita juga banyak melihat para korban yang menangis. Ini adalah peristiwa yang sangat manusiawi, dimana menangis sebagai ekspresi ketidakberdayaan diri menghadapi musibah yang datang bertubi-tubi.

3. Tangis Kejiwaan

Ada pula peristiwa menangis yang terjadi sebagai bentuk ungkapan rasa kejiwaan, ungkapan kegelisahan, ungkapan suasana emosi yang tengah dialami. Kita bisa menangis karena tengah menghadapi beban masalah yang menghimpit jiwa, serasa menyesakkan dada, dan belum menemukan jalan keluarnya. Kita bisa menangis karena mendapatkan tekanan perasaan yang sangat berat, dan ingin mencurahkan emosi.

“Menangis adalah pelepasan emosi yang paling tepat saat kita tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata,” kata Dr Simon Moore, psikolog dari London Metropolitan University. Hal ini menandakan bahwa saat manusia mendapatkan tekanan kejiwaan yang berat, menangis adalah salah satu cara meredakan tekanan dan ketegangan jiwa. Setelah menangis, hati menjadi lapang, perasaan lebih lega, walaupun masalah tidak bisa selesai dengan menangis.

Menurut Profesor William Frey dari Amerika Serikat, air mata yang dikeluarkan saat kita sedang emosional mengandung hormon endorphin yang membuat perasaan lebih lega. Inilah yang saya maksud sebagai Tangis Kejiwaan, sebuah “ritual” menangis yang diperlukan oleh manusia dalam rangka melepaskan ketegangan kejiwaan. Menangis dalam rangka untuk mengurangi beban masalah, meredakan tekanan kejiwaan, dan pelepasan beban yang tengah menghimpit. Secara psikologi, tangisan seperti ini sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa.

Sebuah penelitian yang dilakukan para ahli di Amerika Serikat menyebutkan, 9 dari 10 orang mengaku merasa lebih lega setelah menangis. Bahkan, para ahli juga percaya kalau menangis bisa menyembuhkan sakit dan meningkatkan kadar hormon adrenalin.

4. Tangis Perasaan

Konon, kaum perempuan lebih mudah dan lebih banyak menangis dibandingkan kaum laki-laki. Hal ini karena rata-rata kaum perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dalam berinteraksi dengan masalah dibandingkan dengan laki-laki. Menurut sebuah penelitian di dunia Barat, perempuan menangis sekitar 47 (empatpuluh tujuh) kali dalam setahun, sedangkan laki-laki hanya 7 (tujuh) kali saja. Tingginya hormon prolaktin dalam tubuh wanita diduga jadi penyebabnya.

Bagi rata-rata kaum perempuan, menangis adalah bahasa perasaan. Kaum perempuan tidak memerlukan sebab-sebab yang masuk akal untuk menangis. Inilah yang saya maksud sebagai Tangis Perasaan, sebuah tangis yang muncul sebagai ekspresi dari bahasa perasaan. Dalam kehidupan rumah tangga, saat isteri menangis, yang harus dilakukan suami adalah mendekat dan memeluknya dengan penuh kasih sayang serta kelembutan. Karena isteri menangis sebagai sebuah bentuk komunikasi, ada pesan nonverbal yang ingin disampaikan lewat tangis itu.

Laki-laki juga bisa menangis dalam konteks ini, hanya saja biasanya lebih jarang dibanding dengan perempuan. Ketika ada suatu kondisi perasaan tertentu yang ingin dikomunikasikan kepada pasangannya, namun tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk mewakilinya, maka menangis adalah wahana penyampaian pesan yang cukup efektif. Pesan yang tersampaikan bisa jadi “engkau benar-benar tidak mengerti perasaanku”, atau “aku ingin lebih engkau perhatikan”, atau “engkau terlalu jauh dan menjaga jarak dariku”, atau “sesibuk itukah dirimu sehingga tidak sempat memanjakan aku?”

5. Tangis Kebahagiaan

Menangis tidak mesti disebabkan karena kesedihan. Menangis bisa terjadi karena ungkapan kebahagiaan dan kepuasan. Seorang siswa yang belajar keras dan berusaha bersungguh-sungguh untuk bisa lulus Ujian Nasional, bisa menangis saat mengetahui dirinya mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Ia merasa bahagia dan bangga, karena usaha yang dilakukan selama ini ada hasilnya dan tidak sia-sia.

Seorang atlet yang tengah mengikuti perlombaan dunia, bisa menangis saat dirinya menjadi juara pertama, dan namanya mengharumkan nama bangsa. Seorang calon kepala daerah bisa menangis saat dirinya dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan umum kepala daerah. Ia merasa bangga dan bahagia berhasil memenangkan pertempuran politik yang sangat melelahkan dan menegangkan. Pengantin baru bisa menangis bahagia setelah selesai akad nikah, karena mendapatkan jodoh sesuai keinginannya.

Ya, siapapun orang yang mengalami kebahagiaan dan kebanggaan, bisa menangis karena terharu, sebagai ungkapan jiwa yang mengalami antiklimaks setelah melakukan perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan.

6. Tangis Kerinduan

Suatu saat anda bepergian lama sekali meninggalkan keluarga, meninggalkan saudara, meninggalkan kampung halaman tercinta. Anda bekerja di negeri orang, jauh dari sanak saudara. Selama di perantauan, anda hanya bisa berkirim kabar melalui sms atau telepon, sesekali mengirim surat dengan email. Kendati teknologi memungkinkan anda berbicara menggunakan sarana teleconference yang menyebabkan anda bisa saling melihat dengan keluarga, namun hal itu tidak bisa mengobati kerinduan anda.

Ada titik puncak kerinduan yang tidak bisa anda hindari. Di titik itu anda menangis. Sangat rindu, sangat ingin ketemu, sangat ingin segera pulang. Ingin ketemu suami atau isteri, ingin berjumpa anak-anak, ingin melihat rumah dan kampung halaman. Perasaan rindu sudah tidak tertahankan, sementara anda belum bisa pulang. Anda masih terikat kontrak yang harus diselesaikan. Menghitung waktu, rasanya tak ada ujung, waktu bergerak sangat lambat. Anda ingin berlari ke masa depan, melampaui batas kontrak yang telah anda janjikan.

Bagi anda yang lama berada di luar negeri, ada titik rindu ingin melihat tanah air. Anda bisa menangis karena mendengar lagu Indonesia Raya dinyanyikan di negeri orang. Padahal selama tinggal di Indonesia, tidak pernah menangis mendengar lagu itu dikumandangkan. Inilah tangis kerinduan, tangis yang muncul karena perasaan rindu menggebu, perasaan kangen yang mendalam.

7. Tangis Kesehatan

Secara umum, semua jenis tangis bisa mendatangkan manfaat kesehatan. Cairan yang keluar dari mata saat menangis dapat mencegah dehidrasi pada membran mata. Dehidrasi pada membran mata ini potensial membuat penglihatan menjadi kabur. Dengan menangis, mata akan terhindarkan dari dehidrasi, sehingga kesehatan penglihatan tetap terjaga karena aliran air mata tersebut. Dengan demikian, menangis bisa menjadi bagian dari terapi kesehatan.

Air mata juga berfungsi sebagai antibakteri alami. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90 – 95 % bakteri hanya dalam waktu 5 menit. Setiap hari tubuh kita berinteraksi dengan banyak sekali bakteri. Misalnya, bakteri yang terserap dari keyboard komputer, pegangan tangga, perlatan rumah tangga, serta tempat-tempat yang mengandung bakteri. Dengan menangis, air mata akan membunuh berbagai bakteri tersebut secara alami, tanpa harus menggunakan obat tetes mata.
Masih banyak sekali sisi menangis. Misalnya ada orang menangis karena tertawa terbahak-bahak. 

Menangisnya karena tertawa, aneh ya ? Yang seperti ini tidak saya masukkan dalam tulisan ini, karena itu menangis “palsu”. Ya, ia tidak ingin menangis, namun keluar air mata. Ia sangat senang dan enjoy, bahkan tertawa-tawa. Namun tidak sengaja keluar air mata justru karena banyaknya tertawa.
Anda tidak perlu menangis karena membaca tulisan ini, namun anda perlu menangis jika ternyata sudah lama sekali anda tidak menangis. Jaga keimanan anda, jaga kesehatan jiwa anda, jaga keseimbangan perasaan anda, jaga suasana kejiwaan anda, dengan menangis. Tumpahkan kerinduan anda, curahkan beban perasaan anda, dengan menangis. Jangan malu menangis, karena menangis itu pertanda iman, menangis itu tanda kemanusiaan, dan menangis itu menyehatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar