Rabu, 29 Juni 2011

Profil KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA (Calon Gubernur Banten dari PKS)

"Kehadiran insan politik (politisi) di Senayan sebagai anggota DPR harus dimaknai sebagai upaya terlibat dalam politik perubahan. Menjadi anggota dewan hanyalah bermakna orang pertama di antara masyarakatnya. Sama sekali bukan menjadi yang paling utama, paling mulia, paling hebat, dibandingkan masyarakat kebanyakan. Dia akan menjadi utama dan mulia apabila dapat menampilkan politik kebaikan dan mampu menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik (reformasi)"

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA dalam Buku “Memimpin Perubahan di Parlemen"


KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA lahir di Bekasi pada tanggal 2 Maret 1965. Sejak tahun 1990 sampai saat ini tinggal dan menjadi warga Ciputat Banten (Kakek/Nenek berasal dari Kronjo Tangerang). Periode 2004-2009 merupakan awal mula beliau terlibat dalam politik formal dengan menjadi Anggota DPR RI (PKS) dari Dapil Banten III (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan). Namun jika politik dimaknai sebagai upaya terlibat aktif dalam mengadvokasi dan menyelesaikan permasalahan umat dan masyarakat, hal ini sudah dilakukan KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA sejak lama karena beliau berkiprah sebagai da’i yang aktif di tengah-tengah masyarakat. Hingga kini, meski menjadi pejabat negara, beliau tetap konsisten menjadi da’i bagi umat. Hal ini terbukti dengan jadwal ceramahnya yang tidak pernah surut dan berkurang, bahkan semakin bertambah.

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA juga pernah diamanahi oleh PKS untuk menjadi calon Bupati Tangerang pada Pilkada 2008 lalu. Interaksi langsung secara intensif dengan masyarakat selama Pilkada memperkuat pemahaman beliau tentang berbagai problematika rakyat dan memperkuat motivasi beliau untuk semakin berkontribusi memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Saat ini ketika beliau mendapatkan amanah kembali sebagai bakal calon Gubernur Banten 2011-2016 dari PKS hanya satu yang terbesit dalam benak beliau yaitu bagaimana dapat berkontribusi lebih nyata dan lebih baik lagi bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat, khususnya rakyat Banten.

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA terpilih kembali sebagai Anggota DPR RI untuk periode yang kedua dari daerah pemilihan yang sama (Banten III). Pada periode kedua ini (2009-2014) beliau ditugaskan Fraksi untuk duduk di Komisi VIII yang membidangi masalah-masalah agama, sosial, pemberdayaan perempuan & anak, dan serta penanggulangan bencana. Selain itu, beliau juga ditugaskan menjadi wakil Komisi VIII di Badan Anggaran dari FPKS.

Bukan tanpa sebab Fraksi menugaskan KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA untuk menggawangi Komisi VIII mengingat selama ini KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA memiliki perhatian yang sangat besar pada soal-soal kesejahteraan rakyat dan keummatan. Intensitas interaksi yang tinggi dengan masyarakat sebagai wakil rakyat maupun sebagai dai yang aktif menyapa dan mentarbiyah umat menjadikan KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA paham betul apa yang menjadi inti permasalahan sosial dan persoalan keummatan.

Pengalaman selama lima tahun menjadi Anggota DPR RI (2004-2009) menempa kemampuan KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA sebagai wakil rakyat pada periode kedua ini. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuannya mengartikulasikan kepentingan rakyat dan mendesakkannya agar menjadi agenda kebijakan pemerintah/mitra Komisi VIII (Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Badan Amil Zakat Nasional). Kerapkali pernyataan KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA menjadi solusi atas kebuntuan dalam pembahasan program, anggaran, dan legislasi.

Tercatat, kritik tajam KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA bahwa tidak boleh ada hambatan teknis dalam pencairan dana bencana pada rapat-rapat tentang kebencanaan di Komisi maupun Badan Anggaran DPR, mendorong pemerintah untuk mendesain ulang mekanisme pencairan anggaran bencana sehingga lebih cepat. Catatan lain, ketajaman analisa dan penguasaannya pada detil penganggaran memiliki andil besar dalam menurunkan biaya
penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) sebesar rerata sebesar 80 dolar pada musim haji tahun 2010 lalu dibandingkan tahun 2009.

Di samping itu, KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA juga memiliki perhatian yang besar dalam peningkatan kualitas pendidikan Islam (madrasah dan pondok pesantren). Menurutnya perlu rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan Islam, perlu grand design sistem pendidikan Islam, perlu peningkatan kualitas dan modernisasi sekolah-sekolah Islam sehingga memiliki daya saing dan prestasi yang membanggakan dan tidak kalah dengan sekolah- sekolah umum. Oleh karena itu, KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA mendesak Kementerian Agama untuk benar-benar memperhatian institusi pendidikan Islam, dengan menambah anggarannya, memperbaiki tata kelola manajemennya, serta memperkuat kapasitas dalam segenap aspeknya, karena lembaga ini telah berkontribusi melahirkan banyak pemimpin bangsa karena kuatnya pendidikan karakter atau akhlaknya.

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA termasuk ‘vokalis’ di Komisi VIII dan DPR RI. Pendapatnya seringkali menjadi rujukan media dalam isu-isu spesifik. Ciri khas statement-nya: tajam tapi tidak agresif-konfrontatif melainkan selalu mencari titik temu setiap masalah kebijakan (solutif). Hal ini menjadikannya salah satu juru bicara Fraksi maupun Partai dalam masalah-masalah sosial dan keummatan. Tidak heran bila pendapatnya hampir selalu menghiasi media cetak maupun elektronik. Sejak awal periode DPR 2009-2014 sudah belasan kali KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA tampil sebagai narasumber siaran langsung (live) di televisi nasional, mulai kasus lokalisasi judi, selamatkan generasi dari pornografi, kerukunan umat beragama, pro-kontra SKB Pendirian Rumah Ibadah, pembahasan ongkos naik haji (BPIH), mengkritisi angka kemiskinan, hingga pro-kontra Ahmadiyah.

Dalam setiap kesempatan beliau selalu berujar bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, kekayaan alam dan SDM-nya melimpah, terlebih lagi dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, seharusnya menjadikan penduduk negeri ini hidup sejahtera, karena keyakinan ajaran Islam begitu mementingkan aktivitas berusaha dan bekerja bukan bermalasan apalagi meminta-minta. Dari sudut pandang ini, bangsa Indonesia paling berhak merasakan kemakmuran dibandingkan negara-negara lain di dunia. Sayangnya, potensi besar bangsa
ini belum dikelola dengan baik dan profesional, sehingga masih perlu perbaikan dan peningkatan kualitas SDM yang berkesinambungan. Menurut KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA. persoalan mindset dan mentalitas bangsa perlu mendapatkan prioritas perbaikan sebelum memperbaiki aspek lainnya secara berkesinambungan.

Kemandirian ekonomi umat dan rakyat adalah kunci keberhasilan pembangunan kesejahteran rakyat. Oleh karena itu KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA selalu mendorong program dan aktivitas pembangunan khususnya yang dilakukan pemerintah maupun yang dikelola oleh lembaga-lembaga nonpemerintah benar-benar bertujuan memberdayakan rakyat. Artinya berbagai program kegiatan harus mampu memotivasi, mengubah pola pikir (mindset), memperkuat mentalitas, menambah pengetahuan dan wawasan, serta membuka jalan bagi upaya kemandirian rakyat.

Pada sisi lain KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA berpendapat bahwa diperlukan upaya kolektif yang terintegrasi dan terkoordinasi dalam menangani permasalahan sosial dan keummatan. KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA mengkritisi pola koordinasi penanganan kemiskinan yang selama ini tersebar program dan anggarannya di banyak kementerian dan lembaga, juga antara pemerintah pusat dan daerah. Belum lagi yang serupa dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial nonpemerintah. Hal ini perlu penataan ulang agar upaya menangani kemiskinan dan mewujudkan kemandirian rakyat dapat lebih efektif. Oleh karena itu DPR RI (Komisi VIII) merasa perlu untuk menginisiasi RUU tentang Penanganan Fakir Miskin dan RUU (revisi) tentang Zakat, Infak, dan Shodaqoh dalam upaya menataguna arsitektur penanganan kemiskinan nasional.

Atas perhatian dan penguasaan terhadap permasalahan sosial dan keummatan serta solusi atas permasalahan tersebut KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA mendapatkan amanah lebih besar lagi ketika pada Munas II PKS pertengan 2010 lalu beliau dikukuhkan menjadi Ketua DPP PKS Bidang Pengambangan Ekonomi dan Kewirausahaan.

Tentu amanah ini sangat berat dan membutuhkan usaha yang keras dan cerdas dalam merealisasikannya. Bagi KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA amanah ini menjadi tantangan untuk mensinergikan segala potensi yang dimiliki PKS baik di pemerintahan (eksekutif- legislatif) maupun unit-unit amal PKS yang selama ini aktif mengembangkan ekonomi dan kewirausahaan. Harapannya adalah terwujudnya kemandirian ekonomi kader PKS yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi positif bagi keberlangsungan dakwah dan kemandirian bangsa Indonesia.

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA memulai pelaksanaan amanah tersebut dengan mengkonsolidasikan segala potensi kader dan unit kelembagaan PKS dalam bidang ekonomi dan kewirausahaan, memetakan dan merancang kebutuhan peningkatan kualitas (kapasitas pengetahuan, keterampilan, akses peluang, dan permodalan) dan mensinergikannya dengan potensi besar bangsa ini, bahkan dengan menjalin kerjasama dan kemitraan dengan luar negeri. Hal ini ditunjukkan misalnya ketika DPP PKS khususnya Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan, pada Januari 2011 lalu, bermuhibah ke Ingris dan menjalin komunikasi dengan komunitas muslim Ingris dari berbagai kalangan untuk belajar dan bertukar pikiran tentang pengembangan ekonomi.

KH. Jazuli Juwaini, Lc, MA yakin potensi besar bangsa ini, berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia, bukan tanpa maksud dianugerahkan Allah SWT untuk Indonesia. Allah berkehendak bangsa ini terus belajar, tumbuh dan berkembang, menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Agar bangsa ini mau bekerja keras dan berusaha. Dan agar bangsa ini mau bersatu padu dalam kemajemukan untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bersama. Upaya itu harus disadari dan dimulai oleh setiap komponen bangsa dengan keyakinan bahwa kita bangsa Indonesia seharusnya menjadi yang paling berhak merasakan kesejahteraan dan kemakmuran di atas segala potensi besar tersebut.
*) sumber jazuli center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar