Taujih Sekjen PKS HM Anis Matta, Lc
dalam Konsolidasi Kader & Struktur PKS se-Lampung serta Peresmian GSG Ragom Sejahtera, Kamis, 2 Juni 2011
TAK SEMUA MASALAH POLITIK HARUS DISELESAIKAN DENGAN CARA POLITIK
Assalamualaikum wr wb
Ikhwan  dan akhwat sekalian para mas’ulin DPW Lampung, dan Wilda Sumatra, dan  seluruh kader yang saya cintai. Saya bersyukur sekali bisa datang ke  sini pagi ini meresmikan gedung baru DPW (GSG) yang lebih bagus dari  milik DPP (applause …).
Target menuju 3 besar sudah semakin dekat. Apalagi saya juga tahu bahwa di beberapa kabupaten di Lampung ini sudah nomor 3 ya.
Ikhwan akhwat sekalian.
Beberapa  waktu yang lalu, saya pernah ke Malaysia. Tiba-tiba ada goncangan  pesawat kemudian ada pengumuman dari pilot “Para penumpang sekalian kita  akan mengalami goncangan selama 15 menit setelah itu cuaca akan kembali  baik.” Setelah 15 menit goncangan benar berhenti, pesawat terbang  normal dan kita landing di Kuala Lumpur dengan selamat.
Saya  mengingat itu terus menerus karena kita sedang menghadapi operasi  politik secara bersamaan. Dan saya yakin operasi politik itu hanya akan  berlangsung 15 menit setelah itu goncangan kembali ke tempat lain, bukan  karena kita yang mengarahkan anginnya ke sana (grr..). Goncangan sudah  merupakan kemestian yang akan kita hadapi.
Jadi  ikhwah sekalian. Dari perjalanan itu saya mencoba-coba rekonstruksi  kembali bahwa memang perjalanan kita ini ketika kita memasuki mihwar  muasasi bergumul di ruang politik yang luar biasa dahsyatnya.
Ikhwah  sekalian saya pernah tanya seorang pilot apa bedanya menerbangkan  pesawat siang hari dan malam hari. Pilot menjawab sama saja karena  ketika kita sudah di ketinggian yang ada hamparan kosong. Kanan kiri  depan semuanya hanya ada awan.
Jadi  gelap dan terang tidak penting bagi kita, jawab pilot. Jadi bagaimana  cara anda mengetahui arah kalau tak ada bedanya siang atau malam. Kita  pake GPS. GPS yang menuntun perjalanan kita ini. Jadi, hal pertama yang  diperlukan seorang pilot adalah GPS. Jadi kalo GPSnya ada masalah pasti  dia punya masalah, karena ketika kita sudah ngga di bawah kita ngga tau  posisi, kalau bukan karena ada GPS.
Saya  hadir di Seminar Mukjizat Al Quran tahun 1986. Saya salah satu  penerjemah. Salah satu temanya adalah tentang cuaca.  Ayat-ayat AlQuran  tentang awan menunjukkan bahwa seluruh yang ada di alam semesta tak bisa  kita pastikan apalagi dikendalikan tapi bisa kita ramal. Badai kemana  bisa kita ramal.
Jadi  karena itu seorang pilot harus terus berkomunikasi dengan orang yang  ada di tower untuk mendapatkan update info terbaru tentang keadaan cuaca  yang keadaan ini adalah fata yang tak bisa dikendalikan tapi bisa  disiasati.
Jadi  kalau ada perubahan cuaca mendadak, tower bisa bilang rute dirubah,  tapi destinasi tak berubah. Jadi seorang pilot menerbangkan pesawat  butuh 2 hal ini. Pertama GPS, kedua ramalan cuaca.
Seorang  pilot tak bisa mengendalikan cuaca di luar. Itu di luar kendali sama  sekali. Makanya kemungkinan dia mengalami kecelakaan selalu ada. Kita  juga tak bisa mengendalikan lingkungan yang ada di luar kita ini. Yang  ada dalam analisa-analisa manajemen strategis disebut lingkungan  strategis yaitu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi situasi dimana  kita berada.
Kita  tak bisa memastikannya walau kita bisa membaca dan membuat  prediksi-prediksi ang disebut prakiraan keadaan. Tapi semua prediksi ini  adalah prediksi yang tidak pasti, tapi diperlukan karena itu memberi  kita info real time terhadap situasi yang berkembang.
Oleh  karena itu, kalau ada keadaan cuaca yang buruk, pilot bilang: tolong  kencangkan ikat pinggang. Selain itu apalagi yang bisa kita lakukan?  (Audiens: berdoa …).
Ketika  Merapi meletus , ke Jogja yang normalnya 50 menit jadi 2 jam. Di  pesawat semua pengurus DPP ada disitu. Ketua Majelis Syuro, Bendahara,  semua.  Jadi kalau pesawat jatuh, kita harus munaslub (grr..).  Pesawat  bisa tiba-tiba turun 40 meter. Semua diam. Semua dzikir. Ini bukan  goncangan 15 menit.
Karena sudah tegang semua tak ada yang bahkan berbisik dengan tetangga. Kita semua tegang jamai.
Lalu saya menoleh ke belakang dan mengangkat tangan: Assalamualaikum. Kita jadi agak normal kembali walau goncangan tetap saja.
Sekali  waktu dalam perjalanan ke batam naik pesawat. Transit di pekanbaru,  pilot bilang ada kerusakan di mesin jadi kita harus kembali. Beberapa  waktu kemudian ada pengumuman dari pilot kerusakan tidak terlalu parah  jadi kita lanjutkan perjalanan. Dalam situasi begitu tak ada yang bisa  kita lakukan selain kencangkan ikat pinggang dan .. berdoa.
Ikhwah fillah sekalian,
Tak semua masalah politik harus kita selesaikan dengan cara politik.
 Kalau  antum lihat di AQ kata yang paling banyak terkait dengan sifat atau   karakter adalah sabar. Sabar itu artinya bukan bertahan. Tapi terus  menerus maju dengan beban yang ada.
Dan  pesawat itu kalau ada guncangan yang kita lakukan adalah kencangkan  ikat pinggang, bukannya pesawat berhenti parkir di tengah badai.
Kita  dapat laporan dari wartawan. Macam-macam. Dalam situasi begini, kita  akan hadapi pakai cara apa? Saat perjanjian hudaibiyah sahabat sampai  makan daun. Ada saatnya kencangkan ikat pingganag karena tak ada lain  yang bisa dilakukan.
Fitnah itu, kata ulama, saking buruknya situasi kita tak bisa lihat tangan kita sendiri.
Dan  saat seperti itu, yang duduk lebih baik daripada yang berdiri. Yang  berdiri lebih baik daripada yang berjalan. Ada saatnya kita kencangkan  ikat pinggang.
Kalau antum ambil doa dari orang seperti ayahandanya Nabi Yusuf: Saya hanya mengadukan semua kegelisahan saya kepada Allah.
Ada  kisah seorang soleh dirampok di tengah jalan. Tapi perampok merasa tak  cukup hanya mengambil hartanya. Saya juga ingin membunuh kamu. Kata  orang soleh, tapi kasih saya kesempatan sholat 2 rakaat. Waktu sholat  dia berdoa, “ya Allah hadapilah orang ini.” Sebelum dia selesai sholat,  perampok sudah mati.
Kaum  salaf di antara doa-doa mereka, “Ya Allah ketemukanlah orang zolim  dengan sesama orang zalim dan keluarkan kami dari mereka dengan  selamat.”
Waktu  video mirip saya keluar ada yang mengatakan  harus ada operasi politik.  Saya katakan lebih baik kita umroh saja sambil menghibur diri dan mohon  pertolongan Allah. Kita berdoa dan tak tahu kapan isu itu reda tapi  sebelum saya pulang umroh, isu itu reda.
Tidak  semua masalah politik harus diselesaikan dengan cara politik. Langit  punya cara. Basis spiritual kita harus diperkuat  dalam berdakwah.  Dengan basis ini kita punya keyakinan. 
Allah  berfirman bersabarlah karena janji Allah itu benar dan jangan  orang-orang yang tidak percaya itu menggoyahkan kamu. Jalan terus  tawakkal sambil kencangkan ikat pinggang. Itu cara kita mensiasati. Kita  tak hanya berdiam diri.
Kita  juga butuh informasi real time. Sambil aware, jangan sampai badai  terjadi baru kita mau belok. Tapi kita sudah dapat informasi ini mau ada  badai, kita sudah siap.
Jadi  ikhwah fillah sekalian, pesawat itu kan goyang-goyang waktu ada badai.  Reaksi penumpang beda-beda. Ada yang diam pegang ikat pinggang, ketika  goncang menguat naik turun seperti itu ada yang teriak, ada juga yang  muntah-muntah.
Kalau  goncangan lama banyak yang stress. Naik kapal perintis ke Ambon selama 3  hari. Kami harus berpegangan di kapal selama 3 hari berturut-turut. 3  bulan recovery karena jalan itu seraya goyang dunia.
Pada  akhirnya kita berpikir bahwa ujung dari semua ini adalah kematian. Tapi  ada juga yang sempat berpikir tentang daftar utang yang belum dibayar.  Ada juga yang mikir belum walimah.
Goncangan seperti inilah yang disebut amaliyah tamyiz, proses seleski internal di antara kita sendiri.
Orang-orang  yang stress dalam perjalanan panjang itu juga reaksinya macam-macam.  Ada yang menyalahkan pilot. Tadi kenapa ga bilang banyak badai, kalo  kita tahu kan ga usah terbang. 
Tapi  apapun reaksi antum, kita harus terus jalan, karena kita tak mungkin  berhenti di tengah badai itu, hancur diombang-ambingkan entah mendarat  dimana tak jelas.
Jadi  apapun yg terjadi di luar, di dalam tak boleh gaduh karena gaduh tak  menyelesaikan masalah. Bagaimana kalau lagi goncang begitu  nyalah-nyalahin pilot terus pilot bilang ya sudah anda saja ambil alih  pesawat. Situasi seperti inilah yang sedang kita hadapi.
Perlu  diingat, kita naik pesawat ini sukarela, kita memilih naik di pesawat  ini. Keputusan pribadi resiko pribadi kitapun kita sendiri  menyetujuinya.
Nah ikhwah sekalian,
Dalam  keadaan seperti ini kita melihat antara cuaca yang ada di luar dengan  reaksi penumpang yang ada di dalam menentukan situasi apakah kita akan  tiba di tujuan dengan selamat.
Setelah  melampaui operasi politik yang luar biasa, saya coba-coba cari  inspirasi karena baca di teori-teori politik ga ada teorinya. Semua  asumsi teori politik dilandaskan atas asumsi normal. Saya mencoba  mencari insipirasi dimana kita berada. Saya baca-baca terus Surat  Al-Ahzab. Saya menemukan banyak inspirasi di surat ini yang artinya  partai-partai, golongan-golongan, multipartai.
Ayat  1 sd ayat 7, berbicara tentang keluarga. Ayat 7-27 bicara tentang  situasi perang Khandaq. Ayat 28 dst bicara kembali tentang keluarga.  Seakan 2 surat ini ingin mengatakan setiap kita punya 2 dunia. Dunia  keluarga dan di luar keluarga. Dan kita bisa menghadapi  goncangan-goncangan apabila situasi keluarga juga tenang. Bisa  dibayangkan jika di luar terjadi goncangan, lalu pulang ke rumah juga  dapat goncangan.
Situasi  keluarga ini juga digambarkan dalam alquran terkait permintaan tawaran  Nabi kepada istri-istrinya. Tawarkan kepada istri-istrimu: Katakan hai  Muhammad, bahwa kalau kamu menginginkan kenikmatan dunia maka akan saya  berikan kenikmatan dunia, lalu saya ceraikan kalian. Artinya putus  hubungan. Ini dilakukan supaya kita tak menghadapi dua front sekaligus.
Salah  satu pembahasan tentang Palestina waktu di Sudan, pimpinan Hhamas  diprotes sama beberapa  ikhwan dari negara lain. Hamas ini kan gerakan  perlawanan, Muqawamah. Misinya jihad. Anda sudah melakukanyna. Tapi 4  tahun terakhir anda memegang Gaza dan tak lagi berperang. Hanya  keliling-keliling cari duit untuk dibagikan ke rakyat Gaza, sudah  menikmati kenikmatan dunia karena berkuasa. Saya pikir benar juga logis  juga 4 tahun tak ada perang. Kenapa anda tak menyerang Israel.
Kenapa tak dipakai serang Israel? Sudah punya roket, basis kota, dll.
Ust.  Khalid Misyal menjawab tenang. Kalo kita bertempur kita memerlukan hal  yang disebut halaman belakang, jadi kalau prajurit maju dia capek mundur  istirahat di halaman belakang. Lalu maju lagi.
Seperti  mujahidin Afgan melawan Uni Soviet punya halaman belakang namanya  Pakistan. Tapi kita di palestina tak punya halaman belakang karena  seluruh tetangga palestina dalah kolaborator Israel. Yordan, Syria,  Mesir, Libanon tak ada yang bisa jadi halaman belakang. 
Orang  Palestina manusia biasa juga. Kalau bertempur terus lalu stress bisa  melakukan kesalahan terlalu banyak atau bahkan jadi kanibalis. Itu yang  tak dimiliki Hamas sekarang. Halaman belakang Hamas adalah Gaza. Kasih  kita waktu untuk istirahat.
Kalau  perang terus yang mempunyai masalah bukan cuma mujahidinnya tapi juga  keluarga yang ditinggal. Seperti masa Khalifah Umar bin Khatab. Seorang  perempuan berpantun ria. Isinya aneh kira-kira begini: Demi Allah kalau  bukan karena takut padamu, niscaya ranjang ini sudah bergoyang dengan  laki-laki lain.
Saat  menghadapi perang Timtim, ada tentara yang jadi kanibalis. Ketemu rumah  dibakar, orang disembelih, hewan disembelih. Sampai sekarang orang ini  kalau ga lihat darah dalam seminggu bisa stres.
Jadi  di pesawat disuruh kencangkan ikat pinggang, ingat bahwa kita  meninggalkan rumah. Terus pulang ingat akan perang lagi. Sampai ada yang  bilang mending pesawat ini meledak saja sekalian (grr…).
Jadi  ikhwah sekalian, halaman belakang kita itu adalah rumah kita sendiri.  Bayangkan. Lagi ada masalah di luar, istri telpon, “Bi pulang cepat ada  masalah di rumah.”
Tentu  berbeda jika sekalipun memang ada masalah di rumah, tapi istri  mengatakan, “Umi dan anak-anak mendoakan  abi.” Tenang kita berangkat.  Kita perlu ketenangan itu.
Basis  ketahanan keluarga adalah basis yang kuat. Jadi yang menjadi fokus  basis ketahanan keluarga oleh bidang perempuan ini sudah benar. Karena  kita akan menghadapi masa seperti kaum muslimin di perang Khandaq. Makin  kuat goncangan makin butuh halaman belakang yang solid.
Seorang  ikhwan ketemu marah-marah sama saya, bukan sama saya tapi sebenarnya  sedang stres. Memang nasib saya tak terlalu bagus hari ini. Stres di  kerjaan selama lebih dari 12 jam. Pulang diomelin istri, nanti saya mau  berdoa. Allah, berikanlah saya istri-istri yang tidak komplain terus  sama saya.
Ini joke saja. Jadi memang berat kalau menghadapi dua perang seperi itu, butuh ketahanan jiwa yang luar biasa.
Ayat  27-28 itu Allah mulai merekonstruksi peristiwa perang Khandaq. Dan  rekonstruksi ini dimulai dengan 2 premis. Ayat ke 7 dan 8 yang  mengatakan:   Dan ingatlah tatkala Allah mengambil dari Nabi-nabi itu  sebuah perjanjian dan dari kamu Muhammad, dari Nuh, Musa, Isa, kami  ambil dari mereka mitsaqon ghaliza.  Semua goncangan ini adalah sunnah  dalam perjalanan hidup.
Asyadun  naas…  yang paling keras ujian hidupnya adalah nabi-nabi, lalu yang  paling dekat hidupnya dengan nabi-nabi. Jadi siapa saja yang melalui  jalan ini pasti mengalami goncangan. Begitu juga Rasulullah saw.
Itu  yang disebut mitsaqon ghaliza. Perjanjian yang keras. Supaya Allah  menguji orang yang jujur. Kita berbaiat bukan dengan satu orang. Tapi  baiat kita uahidullah al adziim. Berbaiat dengan Allah bukan dengan  muroqib aam, atau presiden partai. Kadar kejujuran itu yang akan diuji,  ini emasnya berapa karat.
Perhatikan  Al Ahzab melukiskan Perang Khandaq dan detil-detilnya. Lalu ayat  sesudahnya.  Dalam jalan hidup kita pasti ada badai, badai ini untuk  menguji kadar kejujuran kita itu. Jadi itu semua cuma ujian. Itu kan  cuma peristiwa beberapa menit. Benar-benar seperti sebuah drama.
Premis kedua Allah mengatakan:   Wahai orang-orang yang beriman ingatlah karunia Allah kepada kalian.  Karena yang memenangkan pertarungan ini bukan strategi kalian yang  sangat hebat tapi karena Allah menghendaki begitu.
Allah maunya begitu2x.
Jadi semua strategi ini cuma asbab. Tapi hasil akhirnya seluruhnya ketentuan Allah swt.  Tatkala tentara-tentara itu datang kepada kalian, kami kirim kepada mereka badai/angin. Kenapa angin? Isyarat dari Allah bahwa tools Allah untuk menjalankan rencananya sangat banyak.
Memang  hanya angin, tapi angin-angin dikumpulin jadi satu, efeknya beda.  Angin-angin dikumpulin jadi badai. Dan tentara yang kalian tidak lihat.  Dan Allah maha melihat apa yang kalian lakukan.
Detil lukisannya. Tatkala tentara-tentara itu datang di atas kalian... Perang khandaq terjadi pada tahun ke5. Pasukan terdiri dari 10ribu musyrikin. Ini perlu antum perhatian lukisan ini.
H-6   menjelang pertempuran info baru diketahui pasukan muslimin. Terdiri  dari 4ribu musyrikin quraisy sisanya musyrikin arab non quraisy. Jadi  mobilisasi terbesar dibanding 2 perang besar sebelumnya. Badar 1000  musyrikin, Uhud 3ribu musyrikin. Naik jadi 10 ribu ini mobilisasi yang  luar biasa. Puncak mobilisasi.
Tapi  yang lebih berbahaya karena info serangan baru diterima H-6. Muslimin  Madinah ga siap makanya menggali parit setengah kota madinah. Saat itu  musim dingin dan musim paceklik. Dingin madinah bagi yang tahu, beda  dengan dinginnya  puncak. Menusuk, mudah hidung mengeluarkan darah.
Maka parit khandaq itu digali sejauh lompatan kuda. Lebar 6 meter dalamnya 3 meter.
Masalah  lain, bagaimana menyelesaikan pekerjaan itu dalam 6 hari? Itu sudah  masalah tersendiri dan ini juga pelajaran tentang speed of  consolidation, tingkat kecepatan konsolidasi.
Selain  musyrikin dari luar, ada lagi pasukan yang dari bawah yang dekat dengan  kalian. Yaitu yahudi madinah yang sudah tandatangan piagam NKRI  sebelumnya. Jadi ada 3 kabilah besar yahudi berkolaborasi dengan 10 ribu  yang ada di luar. Ada lagi kaum munafiqin dalam jamaah muslim. Ada lagi  yang lain: dhuafa muslimin. Orang-orang lemah yang kata Allah: di antara kalian ada yang suka mendengarkan ocehan mereka itu.
Waktu partai diserang ada yang bilang jangan-jangan benar serangan itu.
Jadi  ada musyrikin dari luar, ada yahudi, ada munafiqin. Dalam lukisan ini  sangat pendek deskripsi tentang musyrikin, yang panjang justru tentang  munafiqin dan dhuafa. Yang di dalam yang mengambat kamu, yang membuat  kamu ragu-ragu untuk maju.
Begitulah ungkapan sebagian mereka. Musuh terlalu besar. Target terlalu besar. Apalagi hasil survei masih rendah.
Yang  dari dalam itu yang paling berbahaya. Yang saya katakan tadi, reaksi  penumpang di pesawat bisa beda-beda. Satu teriak-teriak ketakutan, ada  yang diam saja. Ingatlah tatkala mata kalian membelalak dan jantung  kalian sampai ke tenggorokan dan kalian mulai menduga yang buruk tentang  Allah. Saat itulah orang beriman diuji segoncang-goncangnya.
Ada satu masa kita menghadapi semuanya. Apalagi pilot disorientasi, penumpang panik. Fasten seatbelt, dan tawakal. Itu saja.
Perhatikan,  ini adalah drama, Allah mengendalikan semuanya, karena pertempuran ini  tak selesai dengan pertempuran. Dalam drama Khandaq, apakah ada  pertempuran? Begitu kaum musyrikin sampai, mereka bingung kok ada parit,  bengong di depan parit itu. Akhirnya mereka mengalami disorientasi.  Nunggu-nunggu begitu , yang terjadi  saling menatap.
Saat itu pasukan muslimin dibagi dua: 3ribu di pinggir parit sisanya orangtua, perempuan, anak-anak di balik bukit.
Salah  satu yang disuruh jaga bukit adalah Hasan bin Tsabit. Penyair, jadi  agak mellow (grr..).  Ada perempuan mengatakan ada yahudi yang mau  menghasut kita, ya Hasan bunuh yahudi itu. Hasan gemetar karena takut,  akhirnya perempuan itu yang membunuhnya.
Rajin  mendengarkan hasutan dan takut ambil resiko, seperti pengikut nabi  Musa: kita nunggu hasil aja deh. Dan ada orang yang seperi itu. Ini  semua cuma drama. Bagaimana menyelesaikannya?
Pasukan  musyrikin dikirimkan angin, dan Allah mengembalikan orang-orang kafir  itu dengan seluruh kemarahan mereka, target mereka tak tercapai. Dan  Allah menghindarkan orang-orang beriman dari medan pertempuran.
Seperti  ulat bulu, gampang saja Allah kirimkan. Dua orang yang sama bersiasat  terhadap kita. Hatinya diputar-putar. Oleh Allah, dua orang ini  bertengkar. Siapa yang bikin mereka bertengkar kita juga tak tahu. Ya  Allah sibukkanlah orang zalim dengan sesama orang zalim. Karena Allah  yang memutarb alikkan hatinya.
Kita diselamatkan Allah dengan caranya sendiri.
Coba  antum bayangkan waktu kemarin kita hadapi operasi politik, saat itu  kita dihadapkan perjanjian baru yang luar biasa mengekangnya. Oooh..  begini cara kerjanya.
Kita  ulur-ulur terus sedikit-sedikit. Kita dengarkan semua sudah  tandantangan tinggal PKS. Kita dengarkan terus, kita tahu semua ini  hanya drama. Allah yang mengatur semua, ilmu kita ini tidak memadai .  Waktu kita mau tandatangan, Ust Lutfi Tanya ke ust Hilmi, tandatandangan  ustadz? Muroqib aam bilang tandatangan, kita sudah menang. 90% usul  kita diterima di kontrak itu.
Di  kontrak kita buat celah agar kita bisa exit ketika ada masalah, cuma  orang tak tahu kapan exitnya. Dan kita punya dokumen-dokumen yang tak  dimiliki partai lain. Waktu kemudian saya ketemu mereka, Pak Sudi, Pak  Joko, saat peringatan hari lahir Pancasila, kita jabat tangannya agak  enak.
Apakah ada pertempuran? Tak ada pertempuran. Diselesaikan dengan cara Allah swt.
Makanya  ikhwah sekalian, dalam situasi sedemikian, tegangnya, tak tahu  endingnya dan bikin orang panik, orang yang tak tersambung ke langit  gampang menyerahnya. Tapi karena kita tahu skenario Allah, kita jadi  tenang menghadapinya.
Waktu  nabi Musa diserang Firaun, Allah justru nyuruh ke tepi laut. Teorinya  orang dikejar itu larinya ke gunung. Ini ke tepi laut. Mau apa kita di  sini? Itu kan hal yang sederhana. Ada rencana yang belum disampaikan  Allah swt. Jangan laju dulu. Dikejar tapi jangan laju dulu.  
Pada  subuh harinya ayam berkokok tak subuh hari, tapi saat matahari mulai  terbit. Jadi orang terlambat bangun. Tapi firaun masih santai karena  merasa masih bisa menyusul Musa. Begitu Musa sampai di tepi laut, Allah  perintahkan pukul tongkat itu.
Firaun  bingung, darimana Musa dapat teknologi membelah laut? Setelah Musa dan  pengikutnya lewat dan Firaun masuk ke tengah-tengah itu, maka close. Dan  sebuah sejarah diakhiri.
Apakah ada pertempuran? Tak ada pertempuran.
Yang  diperlukan keyakinan penuh yang tak mempan digoyang. Badasi sedikit,  kader-kader banyak yang stres, under pressure. Begitu ada kecelakaan  kejadian Arifinto, muncul suara dari kader: Pecat!
Padahal  ini kesalahan pelanggaran menengah tak perlu sampai sebegitu sanksinya,  tapi semua ikhwah di daerah minta pecat! Mundur! Dewan Syariah juga  akhirnya under pressure. Akhirnya DSP bikin keputusan sendiri. Arifinto  berjiwa besar. Dia ambil keputusan sendiri. Mengundurkan diri.
Tapi antum lihat, itulah efek kepanikan.
Dan  sekarang efek ini pindah ke tempat lain. Sebenarnya secara hukum aneh,  Nazarudin itu belum ada status hukumnya sudah dicekal. Tapi hakim-hakim  sekarang menghadapi masalah  yang juga dihadapi di masa suatu khalifah.  Khalifah dan rakyat bertengkar. Hakim bingung. Kalau saya menangkan  khalifah, dibilang saya subyektif menangin khalifah karena dia berkuasa.  Kalau memenangkan rakyat – yang belum tentu benar – saya akan  dielu-elukan karena berpihak pada rakyat.
Ini tak ada hubungannya dengan kasus Nazarudin, tapi kita lihat bahwa hakim bisa menghadapi masalah seperti ini.
Saya  ketemu mantan ketua KPK Pak Ruki, yang saya katakan KPK bertaji ketika  Pak Ruki jadi Ketuanya. Dia katakana permintaan publik terlalu besar.  Kemampuan terlalu kecil. Kita dikasih satu kampak, yang mau ditebang  hutan. Kita tebang, dibilang tebang pilih, habis itu semua teman kita  jadi musuh, kita jadi kehilangan teman ,kehilangan keluarga. Kita  menghadapi situasi seperti ini. Kekacauan seperti ini.
Serangan-serangan ini , kita butuh ketenangan.
Jadi  ikhwah sekalian, dengan kesadaran bahwa kita menghadapi goncangan,  sumber ketenangan kita berasal dari keyakinan kepada Allah swt yakin  pertolongan bahwa ujian yang akan dihadapi ini bersifat indiividual.  Ujian individual.
Negara ini hanyalah sumber daya yang kita perlukan, bukan yang kita tuju.
Peran  utama kita adalah ustadziyah. Negara ini adalah sumber daya. Waktu kita  buat partai cuma 3000 orang. Sekarang berapa kelipatanya? Siapa menteri  keuangan jaman nabi Muhamad. Siapa kas jaman nabi? Ada kan? DPW Lampung  punya kas ga? Kalo ga punya kas ga mungkin punya GSG begini.
Yang  masuk islam sebelum hijrah beda dengan yang masuk islam pasca fathu  makkah tentu berbeda. Sekitar 100 sampai 125 ribu orang. Yang pasca  fathu mekkah masuk Islam karena apa? Karena politik. Yang masuk islam  sebelum itu individual. Pemilih individual. Yang pasca fathu makkah  komunal, politik. Terjadi kuantum pada kuantitas karena ada efek  kemenangan.
Itulah  efek Negara, Negara punya efek multiplier, mengapa yang masuk islam pas  hijrah sedikit? Karena yang terbayang resiko. Liqo sembunyi-sembunyi.  Resiko ditangkap. Jadi kita akan menghabiskan umur produktif kita  underground. Yang sanggup melakoni ini adalah yang punya mentalitas hati  bersih, akal sehat , berani pula. Ciri-ciri generasi pertama. Generasi  muhajirin jumlahnya sedikit, tapi mereka yang memulai arus sejarah.  Begitu berkembang jadi arus, yang lain follower. Orang-orang datang  masuk islam.
Sebagian  orang masuk islam bukan karena percaya pada islam tapi setelah melihat  kekuatan islam. Yang masuk islam karena melihat kekuatan islam adalah  pengikut politis.
Coba  antum lihat berapa kader kita setelah kita jadi partai. Berapa  kuantumnya? Berawal dari 500 orang. Lalu 800-an di awal berpartai.  Sekarang 33 ribuan. Itulah efek Negara, jadi Negara adalah sumberdaya  dan setiap ideologi butuh 2 hal. Pertama komunitas. Kedua, sumber daya.  Pertama adalah qiyadah. Kedua junud, follower. 
Tapi  untuk membangun ini semua butuh sumber daya. Di PKS ideologi jelas.  Komunitas jelas. Masalahnya di sumber daya. Kelak setelah PKS memegang  Negara ini yang jadi gubernur bukan PKS, tapi mendaftar di PKS jadi  gubernur.
Di  pergaulan sehari-hari kita dengar ungkapan orang, hati saya di PKS. Itu  efek Negara. Efek kemenangan. Mereka bukan saja membuka hati kepada  islam tapi juga takut kepada islam.
Makanya  fathu makkah 100ribu laki-laki perempuan. Apa yang mereka katakan. Hai  Muhammad kamu ini adalah saudara yang mulia, putra dari saudara yang  mulia. Begitu sanjungannya.
Akan  ada waktunya orang datang pada antum: PKS kumpulan orang soleh,  orang-orang dermawan, bagi dong (grr..). Itu sesuai marhalah mereka.  Kata Nabi, kalian bebas. Saya tak datang untuk balas dendam. Bukan untuk  membunuh tapi untuk buka mata kalian pada kebenaran.
Sekarang  kita berbuat baik, masih gampang dioperasi. Nanti saatnya kita berkuasa  orang akan berpikir, dia ini bukan cuma baik, tapi juga bisa balas  dendam. Selama ini kita masih pakai tawakal saja. Sekarang kita yang  akan menyerang mereka.  Setelah itu mereka tak bisa menyerang kita lagi.
Ketika  datang perintah haji, kafir Mekkah bilang tahulah kalau kita kalah sama  orang Madinah, sekarang orang Madinah mau datang haji, apa maskudnya?  Ngeledek. Show of force. Maka mereka ga boleh masuk. Lalu terjadilah  Perjanjian Hudaibiyah, kenapa Rasulullah menerima. Ini posisi kita  diserang. Situasi defensive juga ada di musyrik Qurais. Tahun berikutnya  terjadi umroh qodho. Tahun berikutnya fathu makkah. Dan jumlah yang  masuk islam pasca fathu makkah berkali lipat dibanding era mekkah sampai  perang khandaq.
Negara  adalah organisasi yang dibutuhkan masyarakat untuk mengatur Negara.  Kalau ada bansos, boleh ga ikhwah nerima? Boleh saja tapi sesuai  persyaratan dan perlu diorganisasi. Kalau ga ada organisasi ga ada  pertandingan. Kalau ada organisasi tapi ga dihormati ujung-ujungnya  perkelahian.
Tapi  organisasi ini adalah infrastruktur. Ga ada isinya. Pernah suatu waktu,  negara jalan sendiri, agama jalan sendiri. Ketika kita coba  mengumpulkan keduanya, itu dalam konteks menyempurnakan infrastruktur  dan isinya. Konten dan sumber daya.
Saya  heran orang memperdebatkan agama. Ulama sunni menjelaskan hubungan  agama dan Negara. Negara adalah penjaga. Agama adalah asasnya. 
Kalo  ga bikin partai tarbiyah jalan terus tapi tumbuh terbatas. Ketika kita  maju ke Negara persoalannya bukan profesionalisme, tapi konfiden.  Termasuk kita di DPP beranggapan jarak masih jauh karena butuh banyak  keahlian, dst. Padahal sesungguhnya yang dibutuhkan adalah konfiden,  rasa percaya diri. Ini bukan tujuan hanya sarana untuk mengukur seluruh  rencana dakwah.
Tentang  debat hari lahir Pancasila, memang ada kesalahan pada mindset kaum  muslimin saat itu dalam memandang masalah. Bukankah Pancasila adalah  perjanjian terbuka. Makanya seluruh aliran dimasukkan disini jadi  konsensus bersama. Sila pertama cuma 2 yaitu asas religiusitas: semua  org Indonesia Beragama. Maka yang dipakai adalah kalimat umum: ketuhanan  yang Maha Esa. Karena Indonesia terlalu beragam. Dan karena pimpinan  Indonesia saat itu menganut sosialis.
Kemanusiaan  yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Asasnya keadilan, ga ada  kata kemakmuran karena kultur kita lebih berinterpretasi pada pemerataan  daripada kemakmkuran. Baru ada di mukadimah  UUD.  Kita lihat ketika  pancasila lahir, begitulah situasinya.
Ditanya  PKS asasnya Pancasila atau Islam? Saya tanya apakah itu pertanyaan? Ini  semua sudah selesai 3x.  Pancasila adalah konsensus bersama. Selesai.  Kenyataannya, sekarang pancasila ga dilirik lagi oleh anak muda. Maka  PKS saatnya mentakeover seluruh isu nasionalisme (applause…). Jangan  lagi jadi pertanyaan.
Ini  semagnat sinkretisme di budaya jawa karena kalau antum lihat semua  agama pernah lahir di Jawa. Beruntunglah sudah ada hindu dan budha, lalu  Islam datang langsung jadi mayoritas. Kristen datang tapi jumlah  penganutnya tidak terlalu berkembang.
Islam  masuk melalui jalur niaga. Pedagang-pedagang arab. Mereka berdagang,  dilihat akhlaknya bagus lalu kawin dengan anak raja. Lalu jadi raja.  Begitulah Islam jadi mayoritas. Ini diceritakan dengan runtut oleh  seorang penulis dari Australia. Dari abad 13 sampai dengan sekarang bisa  dibilang seluruhnya adalah sejarah islam. Tapi common platform: seperti  rasulullah ketika memfutuhkan mekkah. Persepsi awalnya orang-orang ini  akan menyerang kita.
Mereka  harus diredam semangat permusuhannya. Siapapun yang menyerang madinah,  yang paling mungkin diserang adalah orang Islam. Tapi kepada Yahudi,  kaum kafir di Madinah, Rasulullah bilang kita semua diperangi.
Wa mualafati qulubuhum. Ada orang yang perlu dilembut-lembutkan hatinya. Pakai apa? Pakai fulus. 
Pancasila  = common platform. Ketegangan ini lebih karena semangat orde baru  memaksakan asas tunggal dan karena islam sudah lama termarjinalisasi.  Dan orang Islam seperti melihat Negara di kejauhan.
Di  harlah pancasila ada ikhwah pakai kopiah putih. Ditanya kok ga pake  kopiah hitam? Dia jawab urusan saya bukan sama pancasila, urusan saya  sama quran dan sunnah. Bagaimana mempertahankan mindset ini pada saat  yang sama kita yang harus mengisi ruang kosong yang ada sekarang.
Tahun  2008 kita ingin membuka sekat-sekat islam dan nasionalisme. Sekarang  bukan lagi menghilangkan sekatnya tapi take over agar kita bukan cuma  bicara atas nama umat tapi atas nama bangsa keseluruhan.
Oleh  karenanya perlu memperdalam tsaqofah nasionalisme. Untuk memperkuat  semangat memiliki negara ini. Kita bukan orang luar. Kita ini orang  dalam. Ahlul bayt Negara ini. Sifat-sifat, perasaan ini, yang harus  dihilangkan. Salah satu sebab kemenangan adalah hilangnya kepercayaan  pada partai-partai lama. Tapi pertanyaannya adalah apakah PKS bisa  mewakili semua pihak bukan hanya dirinya sendiri,
1999  kita ikut sidang baru dikasih hak bicara. Kita belum memimpin sidang.  Sekarang punya hak mengambil keputusan. Apa kerjanya kalau belum  menguasai Negara? Mengangkat orang agar menguasai jabatan.
Wallahu alam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar