Semenjak  ada bunyi celaan "gak gaul lo...", dan slogan "anak gaul" jadi ngetren,  semenjak itu anak remaja tidak ingin ketinggalan dalam pergaulan. Label  "anak gaul" tersemat bukan cuma untuk mereka yang punya teman banyak,  tapi lebih pada mereka yang eksis nongkrong di mal-mal, cafe, dan tempat  keramaian.
Pergaulan  itu suatu kemestian. Setidaknya kita bisa mengambil kesimpulan itu  setelah guru Sosiologi berkata bahwa manusia itu makhluk sosial. Manusia  membutuhkan manusia lainnya. Manfaat pergaulan tidak perlu dijabarkan  lagi. Bergaul itu naluri manusia. Tapi yang perlu diwanti-wanti adalah  dengan siapa kita bergaul? Haruskah kita memilih-milih teman dalam  pergaulan?
Pentingnya Memilih Teman Bergaul
"Berteman  jangan suka milih-milih." Kata-kata itu tepat untuk orang yang sombong  yang hanya mau bergaul dengan orang yang ia pikir selevel dengan dia.  Tapi sejatinya kata-kata itu tidak sepenuhnya benar. Kita juga harus  menyeleksi teman bergaul. Hanya kriterianya yang harus tepat. Jangan  gunakan kriteria yang menjerumuskan kita menjadi orang yang sombong dan  tidak baik. Tapi gunakan kriteria yang akan membuat kita menjadi anak  yang baik.
Sombong  kalau kriteria teman kita adalah anak orang kaya saja (udah sombong,  matre pula). Sombong kalau kriteria teman kita itu yang ganteng atau  cantik saja. Intinya, kalau kita mengambil standar duniawi sebagai  teman, maka kita bisa termasuk sombong. Dalam hadits, Rasulullah  mendefinisikan sombong sebagai merendahkan manusia. "Sombong adalah  menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)
Memang  pertemanan itu ada tingkatan-tingkatannya. Ada yang hanya kenalan. Ada  yang teman biasa seperti teman kelas, teman les. Ada juga teman yang  lumayan dekat yang kita sering berinteraksi dengannya, ini yang disebut  teman bergaul. Dan ada juga yang lebih dekat lagi yang kita sebut  sebagai sahabat. Dalam berteman, jangan sampai kita merendahkan orang  lain. Janganlah kita hanya mau punya teman bergaul dari orang-orang yang  kita pilih berlandaskan keduniaan dan menghindari pergaulan dengan  orang lain karena kita meremehkan orang tersebut.
Bagaimana  kriteria yang menjadikan kita anak yang baik? Pastinya, kriteria yang  berdasarkan pada kebaikan. Maksudnya, kita memilih teman bergaul yang  kita sering berinteraksi dengan mereka dari kalangan orang-orang yang  berakhlak baik, sholeh, rajin belajar, gemar menabung, suka menjahit dan  memasak... Ups kebanyakan...
Pergaulan  itu bisa menularkan perilaku seseorang kepada temannya. Tak sedikit  anak baik-baik yang terjerat narkoba hanya karena salah memilih  pergaulan. Seorang anak dari keluarga yang tidak merokok bisa jadi  perokok karena bergaul dengan teman-teman perokok. Dan sebagaimana watak  buruk itu menular, watak baik pun bisa menyebar melalui pergaulan.  Itulah makanya Rasulullah berpesan untuk memperhatikan teman bergaul.
“Seseorang  yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah  bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika  engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli  darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi,  jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,  minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101,  dari Abu Musa)
Dalam  menjelaskan hadits ini Imam An-Nawawi berkata, “Hadits ini berbicara  tentang keutamaan bergaul dengan orang-orang yang soleh, pelaku  kebaikan, tata krama, akhlak mulia, wara’, berilmu, dan mempunyai sopan  santun. Sebaliknya, hadits ini melarang kita bergaul dengan pelaku  kejahatan, pembuat bid‘ah, suka menggunjing, berbuat dosa, dan sikap  tidak terpuji lainnya.”
Dalam  hadits lain Rasulullah bersabda: “Seseorang akan mencocoki kebiasaan  teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi  teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad  2/344, dari Abu Hurairah)
Imam  Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan  orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya.  Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut  zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan  mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
Kalau  di sekolah ada ekstrakurikuler Rohani Islam, inilah kumpulan anak-anak  sholeh yang sangat direkomendasikan jadi teman bergaul kita. Banyak  sifat baik di komunitas ini yang bisa tertular pada kita.
Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Hati-hatilah kalian dalam memilih teman, sesungguhnya teman adalah bekal di dunia dan akhirat.”
Merengkuh Nikmatnya Ukhuwah
Sejatinya  mukmin itu bersaudara. Ukhuwah Islamiyah itu ada di antara umat muslim.  Tapi ukhuwah itu bisa menjadi tak terasa ada bila sesama mukmin tidak  saling akrab karena Allah swt.
Bersahabat  dengan orang yang sholih, akan membuat kita merasakan indahnya ukhuwah  Islamiyah. Dengan ukhuwah, kita bisa merasakan lezatnya keimanan. Saat  keimanan kita turun, ada yang menasehati dan menyemangati. Saat kita  merasa butuh, ada yang memberikan bantuan karena Allah swt. Pertolongan  karena Allah terasa tulus karena pertolongan itu didasari niat yang  lurus, bukan karena ada maunya.
Sebagai  anak muda, ada peluang yang besar untuk mendapatkan naungan di akhirat,  di mana saat itu tidak ada naungan selain naungan dari Allah swt. Abu  Hurairah r.a. mewartakan bahwa Nabi Saw bersabda, ada 7 kategori orang  yang mendapat naungan Allah di hari kiamat. Salah satunya adalah pemuda  yang menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah swt. Kategori  lainnya adalah orang dua orang yang saling mencintai karena Allah  Subhanahu wa Ta’ala, berkumpul dan berpisah karena Allah pula.
Selain  itu, orang yang merasakan manisnya ukhuwah Islamiyah, akan berdiri di  atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya. Sebuah hadist dari Umar bin  Khattab, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam at-Tamhid, Rasulullaah  Shalallaahu ‘alaihy wasallam bersabda: "Allah mempunyai hamba-hamba yang  bukan nabi & bukan syuhada, tapi para nabi & syuhada tertarik  oleh kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat berkata, "Wahai  Rasulullah, siapa mereka & bagaimana amal mereka? Semoga saja kami  bisa mencintai mereka."
 Rasulullaah saw bersabda, "Mereka adalah suatu  kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah. Mereka tidak  memiliki hubungan nasab & tidak memiliki harta yang mereka kelola  bersama. Demi Allah mereka adalah cahaya & mereka kelak akan ada di  atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak  manusia merasa takut.Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia  bersedih" Kemudian Rasulullaah saw membacakan firman Allah: "Ingatlah,  sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka  dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (TQS Yunus :62)
Bagaimana  kalau salah bergaul? Allah telah menggambarkan keadaan orang-orang yang  salah bergaul dalam Al-Qur'an. Keadaan mereka di neraka saling  menyalahkan satu sama lain.
”Pada  hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:  "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula)  kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami  telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu  mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami,  timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan  kutukan yang besar".(QS AlAhzab ayat 66-68)
Jadi, yuk bergaul dengan orang-orang yang tepat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar